Simon Bolivar |
Karya : Emmanual Robles
Versi :
Indonesia
Oleh ; Asrul Sani
Didasrkan pada buku “Montserrat” dari rentetan “poesie et theatre” Edition du Scuil, tahun 1949.
MONTSERRAT
dipertunjukkan untuk pertama kalinya di Paris pada tanggal 23 April 1948
di Theatre Montparnasse dengan pemain-pemain sebagai berikut : Claude
Martin, Maroel Raine, Vanderic, Michel Carlier. Georges Aminel, Michelo Chagnoux,
Jeane Carval, Robert Favard, Charles Laviale, Vital, Jose Quaglio, Mise en soene
: Vanderc.
Pada saat yang sama
MONTSERRAT dipertunjukkan di
Ajaziriah di Theater du Colesse dengan peran-peran penting di mainkan oleh :
Max Roire
sebagai Montserrat
Clement Bairam
sebagai Izqierdo
Charles mallet
sebagai Aktor
Mise en scene
: Louis Foucher
Di INDONESIA, MONTSERRAT dipertunjukkan untuk pertama kalinya oleh :
Akademi Theatre Nasional Indonesia di
Gedung Kesenian Jakarta pada….. 196
Di MAKASSAR,
MONTSERRAT dipertunjukkan untuk
pertama kalinya oleh DEWAN KESENIAN MAKASSAR
Dengan Pemain-pemain utama :
Saleh Mallombassi sebagai MONTSERRAT
Rahman Arge sebagai IZQUIERDO
Aspar Paturusi sebagai AKTOR
PELAKU :
MONTSERRAT,
umur 28 tahun, perwira Spanyol pangkat Kapten
IZQUIERDO, Umur
40 tahun, pembantu utama Jenderal
MONTEVERDO
ZUASOLA, MORALES, ANTONANZAS … Perwira-perwira
Spanyol umur antara 35-40 tahun
IBU,
umur 30 tahun
ELENA, umur
18 tahun
JUAN SALCEDO,
Aktor sandiwara, umur 40 tahun
SALAS INA,
Saudagar, umur 35 tahun
ARNAL LUHAN,
pembuat Poci umur 50
tahun
RICARDO,
umur 20 tahun
PRAJURIT-PRAJURIT SPANYOL dan
Paderi-Paderi.
BULAN JULI TAHUN
1812 ……………..
Pada tanggal 11 Juli, pemimpin prang kemerdekaan
Venesuela, Miranda dikalahkan dalam suatu pertempuran yang sengit dan kemudian
ditawan oleh Kapten Jederal Spanyol Monteverdo.
SIMON BOLIVAR, pemimpin perjuangan yang lain,
berhasil melarikan diri. Ia disembunyikan oleh kaum patriot dan saat cerita ini
mulai belum lagi tertangkap oleh tentara
Spanyol. Orang Spanyol menduduki tiga perempat bagian dari wilayah
Venezuela. Penindasan yang dilakukan sangat sekali ganasnya. Pembegalan dan
pembunuhan berlangsung terusmenerus.
Seluruh lakon ini berlangsung dalam sebuah ruang
jaga kesatriaan Kapten Jenderal
Monteverdo di Valencia, Venezuela. Ruang
besar berdinding tebal. Di sebelah
kanan, terdapat pintu arah kelapangan eksersisi. Sebelah kiri, pintu mengarah kebagian dalam
gedung. Di belakang, dua jendela kecil berterali besar-besar. Di kiri belakang,
sebuah meja dan tiga bangku kaki.
BABAK PERTAMA
ADEGAN I
ZUAZOLA, MORALES, ANTONANZAS
Asik berbicara. Mereka masih menggunakan uniform
yang berwarna biri tua, celana penunggang kuda berwarna kelabu dan sepatu
tinggi.
ZUAZOLA :
Ia lolos lagi
MORALES :
Pasti ada yang menghianat disini
ZUAZOLA :
Jelas bahwa ia sudah diberitahu sebelumnya. Bagiku susah untuk dipercaya bahwa
ini hanya sekedar suatu kebetulan yang ajaib.
ANTONANZAS :
Tentu. Tidak ada orang yang akan menganggapnya sebagai suatu kebetulan. Ia
pasti sudah diberitahu terlebih dahulu. Sebetulnya, kemarin malam Izquierdo
terlalu sembrono, waktu ia memaparkan rencananya tatkala kita makan malam
bersama Jederal. Ini suatu kesalahan yang dungu.
ZUAZOLA :
Ia hampir-hampir gila karena geram.
MORALES :
Apa bole buat, salahnya sendiri. Ini sudah kedua kalinya ia yakin akan dapat
menangkap Bolivar. Kedua kalinya Bolivar hampir tertangkap, tapi selalu ia
dapat meloloskan diri. Izquierdo harus membuat persediaan yang lebih baik.
ZUAZOLA :
(Tajam) Rupanya terjadinya begini. Kemarin malam juga Bolivar sudah diberitahu
di rumah tempat ia menyembunyikan diri, bahwa Izquierdo akan datang pagi ini
untuk menangkapnya. Mungkin salah seorang dari kawan-kawan kita yang ikut makan kemarin malam. Diantara kita
terdapat seorang penghianat.
MORALES :
Aku juga mulai yakin. Kalau Bolivar berhasil menyeberangi garis kita dan
bersatu dengan gerilyanya, ia akan dapat
mengumpulkan kekuatannya dengan cepat……….
ANTONANSAS : Ah,
lalu prang akan berkobar. Demi Santa Yacub, aku lebih suka berperang daripada
mati keisengan di negeri ini. Seorang gadis cantikpun tak ada kelihatan disini.
MORALES :
Kau suka melebih-lebihkan. Tak seorangpun gadis cantik ? Waktu kota Siquisque
kami rebut, Batalionku telah menyelamatkan 19 orang penduduk. Sembilan belas
perempuan. Dan semuanya muda-muda. Jederal memerintahkan supaya semua penduduk
dibunuh, sampai kebayi-bayi yang baru lahir. Tapi kami telah menyelamatkan yang
cantik-cantik. Percayalah , mereka itu nikmat sekali.
ZUAZOLA :
Oh, tentu, tentu. Kadang-kadang ada juga orang yang ditimpa nasib baik……….
MORALES :
Yang kusediakan buat aku baru berumur lima belas tahun. Manis sekali. Buah dadanya kecil, dingin bagai
merpati. Ia menangis lembut sekali setiap kali aku ……. Setiap kali kami tidur seranjang.
ZUAZOLA :
(Dengan Riang) Sudahlah.
ANTONANZAS :
Apa dia kau pelihara ?
MORALES :
Oh, tidak lama. Sesudah pertempuran
Barquesimeto, ia sudah kuberikan kepada lima orang anak buahku. Sebagai
hadiah karena mereka sudah melakukan
perbuatan-perbuatan yang terpuji. Semenjak itu aku tidak pernah dapat
apa-apa lagi.
ZUAZOLA :
Sayang sekali.
MORALES :
(Sambil mengangkat bahu) Oh, sayang …..?? Apa pula disayangkan pada seorang
gadis Indian ?
ANTONANZAS : Ya.
Tapi, untuk kembali pada soal tadi, kita belum juga lagi mengerti, bagaimana
Bolivar bisa buron dengan cara yang begitu mengherankan. Ingin sekali aku tahu,
bagaimana keadaan akan berlangsung selanjutnya….
ZUAZOLA :
Sabar.
MORALES :
Isquierdo selalu yakin semuanya akan terjadi sebagaimana ia kehendaki.
Seolah-olah segala-galanya dapat ia bentuk menurut kemauannya. Dan jika ada
kekuatan lain yang mempunyai pendapat yang berbeda dan menggagalkan rencananya,
maka ia meledak, mengguntur, mengutuk Tuhan dan membegal semua rakyat………. Coba lihat sebentar lagi : Topan besar.
Badai. (Ia tertawa terbahak-bahak)
ANTONANZAS :
Aku ingat, waktu kita masih kadet di Akademi Militer. Waktu itu ia tergila-gila
pada seorang gadis bangsawan berumur 17 tahun. Tapi gadis itu tidak cinta
padanya dan hal ini ia sampaikan secara terus terang kepada Izquierdo. Pengakuan
ini tidak mematahkan semangatnya. Malahan sebaliknya. Ia bersumpah akan
mencintai gadis itu dengan segala kekerasan. Bahwa ia akan memaksa gadis itu
untuk mencintainya. (Ia tertawa) Gadis
itu akhirnya kawin dengan seorang bangsawan muda Portugis. Dalam kemabukannya,
pemuda itu ia tantang untuk berperang tanding dan kemudian ia bunuh dengan
pedangnya. Itu makanya, untuk mendinginkan hatinya, pemimpin angkatan prang
mengirim kawan kita ini ke tanah yang terpuji ini. Barangkali selama disini ia
dapat melupakan percintaannya yang
pertama…..
MORALES :
Melupakan ? Setahuku ia bukan orang yang bersedia melepaskan kekalahan atau
kekandasan, biarpun sesudah 20 tahun.
ANTONANZAS :
Kau benar.
MORALES :
Dan aku yakin ia tidak akan bisa memaafkan orang yang telah memberi tahu Bolivar, dan dengan
demikian telah memperolok-olokkannya.
PELAKU sama tambah IZQUIERDO
IZQUIERDO masuk sebelum ucapan MORALES selesai. Mukanya kerutmerut karena dendam. Mantelnya ia biarkan jatuh di tangannya Ia berjenggot. disepatu tingginya kelihatan susuh penunggang kuda. Tubuhnya kasar dan ia kejam. Setelah kalimat ... Morales, ia berteriak:
IZQUIERDO : Cukup. Apa kalian pernah melihat aku memberi maaf, biarpun barang sekali ? Apa seperti aku potongan orang yang edan, yang mudah terharu dan memberi maaf ? Hh ? Tidak pernah. (TIBA-TIBA MELIHAT KEPADA MEREKA DENGAN DIAM LALU BERKATA DENGAN SENYUM IRONIS) Sebetulnya kekandasanku hari ini sangat menyenangkan hati tuan-tuan. . . begitu kan ?
ANTONANSAS : (Menyesal) Izquierdo.
IZQUIERDO :
(mengangkat bahu) Ya, . ya. . Teman perjuangan tua . . Sudahlah. . . .
ANTONANZAS :
(Dengan akrab) Kau lelah karena tugasmu Izquierdo.
IZQUIERDO :
(Senyum mengejek) Tak perlu kau merasa kasihan padaku. . . . Tapi aku harus
menyampaikan laporanku kepada tuan Jenderal.
ANTONANZAS :
Belum kau bertemu lagi dengan tuan Jenderal ? Jadi dia belum tahu ?
IZQUIERDO :
Aku akan melaporkan dua hal yang mengejutkan dia.
ANTONANZAS :
Mengapa dua ?
IZQUIERDO :
Satu: pengumuman tentang kekandasanku. Dua: Nama orang yang sudah
memperolok-olokkan aku (Kepada MORALES) Sebentar lagi kau tahu siapa.
ZUAZOLA :
Siapa, apa orang sudah tahu ?
ANTONANZAS :
Orang Spanyol ? Apa ia perwira kerajaan ?
IZQUIERDO :
Cukup. Aku tidak mau mengatakan apa-apa. Tutup mulut dan tunggu putusan
Jenderal. (Izquierdo keluar sambil menyeret mantelnya. Ia kelihatan dirasuki
oleh suatu pikiran.)
ZUAZOLA :
Setidak-tidaknya kau bisa menceritakan apa yang terjadi.
ANTONANZAS : Ya, kami tidak akan minta perinciannya. Lagi pula kau belum dipanggil. . . .
kau masih punya waktu beberapa menit . . . . (IZQUIERDO masuk kembali. Di
wajahnya terbayang rasa amarah)
IZQUIERDO :
Waktu dini hari kami sampai kegubuk, dimana menurut mata-mata kita, Bolivar
yang lagi sakit menyembunyikan diri. Tempat itu kukepung. Anak buahku
menggeledah segala pelosok, dengan penuh
rasa geram. Mereka juga marah seperti aku. Semua mereka bunuh, mereka bakar.
Mereka tak kuhalangi karena rasa benciku terlalu besar. Waktu api menjilat
lumbung, keluar seorang Negro setengah mati karena ketakutan. Ia bersembunyi di
bawah jerami. Lalu ia melihat mayat-mayat bergelimpangan di tengah halaman. Hingga
hatiku tak begitu susah untuk memaksa dia menceritakan kisahnya. Sungguhpun
begitu seorang serdaduku mencoba mempercepat dia dengan mengelus-elus perutnya
dengan ujung bajonet.
MORALES : (Riang tertawa) Menarik kisahnya.
IZQUIERDO : Bilivar diberi tahu tengah malam. Ia demam keras dan ia tidak kuat mengangkat
dirinya keatas pelana kuda dan duduk disitu dengan kokoh. Kemana ia pergi
menyembunyikan diri ? Orang Negro itu tidak tahu. Lalu ia segera kusuruh
gantung. . . . (Ia berfikir) Tapi biarpun ia tahu, ia tokh akan kugantung
juga.
MORALES : Apa ada ia beri gambaran orang yang tak dikenal itu ?
IZQUIERDO : Ada.
MORALES : Orang Spanyol, kan ?
IZQUIERDO : Jangan Tanya perihal itu.
MORALES : Jika orangnya sudah kau kenal tidak akan susah bagimu untuk menangkapnya dan
menyuruh dia bicara. Semut api . . . atau timah panas dituangkan kedalam
telinganya.
IZQUIERDO :
Akal kau terlalu singkat.
ZUAZOLA : Dalam keadaan begitu Bolivar tak akan kuat berjalan jauh.
IZQUIERDO : Ya. Ia tentu akan beristirahat dan bersembunyi diwaktu siang. Dam malam Ia berangkat lagi. Aku sudah mengirimkan patroli kekedua arah yang mungkin ia tempuh.
MORALES : Mengapa dua arah ?
IZQUIERDO : (Dengan yakin) Mala mini Bolivar, atau menuju Puebla dan bersatu dengan
gerilyanya dan mengumpulkan pasukannya kembali untuk menyerang kita. Atau ia
menyusur pantai dan naik kapal menuju Curacao,
dimana akan menemui kawan-kawannya
orang Inggeris, dan barangkali melupakan dan meninggalkan pasukan
monyet-monyetnya dan cita-citanya yang gila itu.
ZUAZOLA : Kau betul-betul percaya ia sudah terpukul dan putus harapan hingga ia mau
melepaskan tujuannya ?
IZQUIERDO : Aku tidak percaya apa-apa. Buat dia haya ada dua jalan. Atau Puebla Atau
Curacao. Atau ketimur atau menyusur pantai. Aku sudah memberikan perintah untuk
menjaga kedua jalan ini. Tapi kalian menahan-nahan aku. Aku mau menemui
Jenderal. Barangkali ia sudah ada.
MORALES : (Menahannya) Satu hal lagi Izquierdo. Sungguhpun begitu, apa tidak mungkin
Bolivar masih dapat meloloskan diri ?
IZQUIERDO : Tidak. Karena sebelum malam turun, sebelum ia berangkat lagi, aku akan tahu
sampai dimana ia bersembunyi. Aku bersumpah bahwa aku akan mengetahuinya,
seperti juga aku mengetahui siapa yang sudah menolong dia tadi pagi. Sampai
nanti.
(PERWIRA-PERWIRA ITU KELUAR. KITA DENGAR ZUAZOLA BERTANYA)
ZUAZOLA : Menurut kau siapa kira-kira penghianat itu, Morales
ADEGAN III
PADERI CORONIL, MONTSERRAT
Melanjutkan pembicaraan mereka
P. CORONIL : . . . . Karena itu aku cemas melihat sikap kau akhir-akhir ini. Kau sudah
mengambil keputusan yang pasti akan menimbulkan amarah dan geram Jenderal, jika
sampai ketelinganya.
MONTSERRAT : Aku tidak perduli lagi kehadiranku disini mencekik aku. Padre, apa tidak ingin
berontak melihat pengejaran, pembantaian dan kekejaman yang berlangsung disini? Anda akan menyokong perlawanan seluruh bangsa Spanyol untuk melawan serdadu-serdadu sewaan Napoleon, mengapa anda mengutuk rakyat ini ? mereka juga berjuang di atas bumi mereka sendiri, buat mencapai kemerdekaan dan membangun suatu kehidupan yang wajar buat manusia ? Kemarin dulu serdadu-serdadu batalion Alora telah menawan semua gadis-gadis pribumi di desa Tatulac. Mereka marah,karena rakyat yang mereka serang dengan kejam dan yang gubuk-gubuknya mereka bakar sampai habis, melawan……. Di Spanyol, orang-orang Perancis adalah penindas-penindas yang paling kita benci. Tapi disini, di bumi baru ini justru serdadu-serdadu Spanyol yang menindas suatu rakyat supaya tetap hidup dalam
perbudakan yang kelam.
P. CORONIL :
Sudah waktunya bagi kau nak, untuk berangkat ke Cadis. Baik bagi kau, maupun bagi kami, kehadiranmu disini
berbahaya. Kau harus berperang untuk membela
sesuatu yang menurut kami benar, tetapi yang menurut kau salah samasekali.
Kapal yang merapat bulan yang lalu di Poertocabllo akan berangkat dari dermaga
baru menuju Santamonica. Aku akan minta kepada yang mulia Jenderal Monteverdo,
supaya kau diizinkan berangkat. Kau akan ditugaskan mendampingi Dewan Wali .
Jenderal pasti tidak akan keberatan atas keberangkatanmu ini.
MONTSERRAT :
Padre, anda tentu maklum bagaimana perasaanku terhadap rakyat ini. Rakyat yang
begitu miskin dan tak putus dirundung malang.
P. CORONIL :
Aku tidak bisa merasa kasihan terhadap mereka yang terus menghias
berhala-berhala mereka dan memujanya secara diam-diam. Aku tidak kasihan pada
mereka yang tetap berkeras kepala dan menolak untuk menyerahkan diri kepada
kebesaran Tuhan . . . .
MONTSERRAT :
Aku tidak nyana, Tuhan setuju kekejaman dipergunakan untuk membela kebesaranNya,
seperti yang telah dilakukan oleh orang-orang yang katanya mengabdi kepadaNya.
P. CORONIOL :
Mulut kau terlalu lancang.
MONTSERRAT :
Aku yakin, bapa, Tuhan sangat masih penyayang
pada mahluk-mahluk yang malang yang
sudah ia turunkan sendiri kebumi ini.
P. CORONIL :
Manusia yang tidak berisikan Ruh Ilahi bukanlah makhluk Tuhan yang benar.
MONTSERRAT :
Jadi menurut bapa, dalam diri orang Indian tidak ada Ruh lain terdapat kecuali
Ruh jahat ?
P. CORONIL :
Lebih lagi dari itu. Aku tahu mereka dirasuki oleh segala yang terkutuk dan
mereka hidup berkat ini. Oleh sebab itu, jika mereka hidup, maka mereka
merupakan suatu hinaan bagi kejayaan Tuhan.
MONTSERRAT :
(DENGAN KAGET) Jadi kalau begitu, bapa
membenarkan pembantaian yang berlangsung di Camplo, di Siquiseque, di Santa
Naro, di Tatulac ? jadi semua kuburan dan kehancuran ini adalah suatu syarat
bagi Martabat Tuhan ?
P.CORONIL :
Nak. Mengapa belum juga kau mengerti, bahwa dengan pembunuhan dan pembakaran
ini, Ruh jahat itu sendiri yang terpukul, yang dibunuh dan kalah ? Buat apa kau
hiba pada mereka ? karena dengan
membunuh mereka, kejahatan itu sendiri yang setulnya yang kita bunuh ? Bau busuk mayat-mayat mereka, bukankah itu
bau busuk dari kutukan ? Karena itu
Bergembiralah, Montserrat, jika kau melewati puing sebuah kampung dan kau
mencium di tengah-tengah kehancuran ini, kobaran tak berdaya dari mereka yang
terkutuk untuk selama-lamanya.
MONTSERRAT :
Ya. Aku sedia untuk berangkat. Aku akan berangkat dengan kapal yang akan datang.
P.CORONIL :
Aku tahu. (Menyindir) Suara dari Simon
Bolivar itu, bukankah itu adalah suaranya sendiri, suara palsu seorang iblis ?
MONSERRAT :
(Gundah. Memandang nanap kedepan lalu berbisik) Simon Bolivar. . .
P.CORONIL :
Begini. Aku segera kembali setelah beroleh ijin dari Yang Mulya untuk
keberangkatanmu .
ADEGAN IV
MONTSERRAT,PADRE CORONIL,ZUAZOLA
ZUAZOLA : (MASUK DENGAN GARANG) Bapa, mau bertemu dengan tuan Jenderal ? Sekarang ini Yang Mulia lagi mendengarkan
laporan Izquierdo mengenai peristiwa pagi tadi.
P. CORONIL : Peristiwa pagi tadi ?
ZUAZOLA : Berkat bantuan mata-matanya Izquierdo mengetahui dimana tempat persembunyian
bandit itu. Ia datang kesana bersama anak buahnya. Lalu menggeledah rumah
itu. Kosong . . . . . . . . Bolivar yang sudah diberi tahu, telah
melarikan diri terlebih dahulu, biarpun ia sakit dan tubuhnya panas karena
demam. Kata Izquierdo, serdadu-serdadunya telah melakukan pembantaian
besar-besaran.
MONTSERRAT : (DENGAN SEDIH) Pembantaian.
ZUAZOLA : Semua keluarga yang ada disitu termasuk pelayan-pelayan... Ya, orang-orang kita
geram sekali, karena tak mendapat hasil sesudah begitu susah payah berjalan
jauh. Coba Bapa bayangkan, ada disana seorang
gadis yang menggorok lehernya sendiri dengan pecahan kaca, karena tidak
bersedia satu kompi tentara kerajaan diatas tubuhnya……
P. CORONIL : (TAK BERNAPSU) Cukup.
ADEGAN V
PELAKU SAMA TAMBAH IZQUIERDO YANG MASUK
DIIKUTI MORALES DAN ANTONANZAS
IZQUIERDO : Ya, Yang Mulia sudah setuju . . . . Ah, selamat siang Padre . . . (PADA
MONTSERRAT DENGAN DINGIN) Selamat siang.
P. CORONIL : Selamat siang, Kolonel. Apa yang sudah di setujui Yang Mulia ?
IZQUIERDO : Bahwa di daerah antara Luna Parado dan Santa Monica diadakan patroli terus
menerus. Bagi Bolivar yang meloloskan diri dari sergapan, ada dua kemungkinan
: Atau menyatukan diri di Puebla dan
mengambil pimpinan pemberontakan kembali, atau mengundurkan diri ketempat
kawan-kawannya orang Inggeris Di Coracao, Pasukan-pasukan kita mengawal semua
jalan ke Puebla dan ke pantai.
P. CORONIL : Mengapa ia mengundurkan diri ?
IZQUIERDO : Ia sakit keras dan putus asa karena Miranda dikalahkan. Bapa tahu bagaimana
rencana penghianatan itu ? Kami pagi tadi sudah menemui sebuah dokumen yang
mereka tinggalkan. Didalamnya tertera sebuah rencana kasar undang-undang dasar
sebuah repoblik, dengan Presiden, perwakilan rakyat dan persatuan Granada-Baru
di Venezuela dibawah nama Colombia. . . . sebagai suatu penghormatan bagi orang
yang menemui daerah ini. Dan segalanya ini tentu akan dilaksanakan setelah
semua orang Spanyol dilemparkan ke laut.
Brrrr. Gemetar aku karenanya. (ENGAN PENUH HORMAT) Apakah tuan percaya
bahwa revolusioner besar ini akan pergi berlindung pada orang Inggeris dan
mengundurkan niatnya untuk menggorok kita semua, Montserrat yang baik ?
MONTSERRAT : Tidak, aku tidak percaya.
IZQUIERDO : Bagus. Itu adalah nasehat seorang yang ahli. Jadi Kreol yang sombong ini akan
memegang mimpinya dengan teguh untuk mengimansipasikan suatu bangsa campur aduk
Indian, negro dan segala blasteran ini ? Sementara itu aku sudah beroleh suatu
keterangan yang benar : Bolivar berniat untuk mengurungkan semua niatnya dan
pergi beristirahat pada orang Inggeris. Bagaimana pendapat tuan tentang ini,
tuan Montserrat ?
MONTSERRAT : Itu namanya melarikan diri. Meninggalkan perjuangan. Disersi.
IZQUIERDO : Suatu disersi. Tuan mengatakan : disersi. Tapi hati tuan berkata : Ini suatu
perbuatan pengcut. Itu sebetulnya yang tuan ingin katakan.
MONTSERRAT : Persis.
IZQUIERDO : Tapi tentu saja aku tidak akan membiarkan Bolivar agung itu menentukan
pilihannya. Atau ke Puebla Atau Coracao. Aku harus menangkap dia. Tuan mau apa
? Jika ia menyatukan diri Puebla, maka perang kan terjadi dan kita akan menang.
Jika ia mengundurkan diri ke Curacao, maka ia adalah seorang yang hina.
Penyelesaian yang sebai-baiknya, adalah : ia harus digantung. Habis perkara.
P. CORONIL : Ia mungkin melarikan diri malam ini dan . . . . .
IZQUIERDO : (KASAR) Tidak, Ia tidak akan melarikan diri. (DIAM) Aku pasti dapat
menangkapnya sebelum malam turun. Sudah pantas jika menuntut balas buat
kawan-kawan kita. Apa tuan masih ingat ke 23 serdadu kita yang ditangkap oleh
pemberontak dan digantung hidup-hidup di kaitan-kaitan rumah bantai ? Coba
sebutkan nama tempat itu, Montserrat . . . . .
MONTSERRAT : Santa Monica.
IZQUIERDO : Bagus. Ingatan tuan terang sekali. Kita juga harus menuntut balas bagi
kedelapan belas serdadu kita yang ditawan oleh pemberontak dan kemudian
dilemparkan ketengah sarang semut merah, setelah disiram dengan madu. Simon
Bolivar harus bertanggungjawab atas kejahatan-kejahatan dan perbuatan-perbuatan
gerombolan gerilyanya.
P. CORONIL : Tapi, mengapa Bolivar sampai berhasil melarikan diri pagi tadi ? Tentu ia sudah
diberitahu sebelumnya. Apa tuan sudah tahu ? Siapa orang yang memberi tahu itu ?
IZQUIERDO : Padre yang baik. Kemarin malam selagi bersantap bersama di meja tuan jenderal,
aku telah memaparkan rencanaku untuk menangkap Bolivar sebelum matahari terbit,
waktu itu yang hadir sembilan orang perwira, hanya sembilan. Kecuali Jenderal,
aku sendiri, hadir ketiga kepala staf. Jadi semuanya lima. Kemudian Zuazola,
Antonanzas, Morales, kesetiaan mereka ini aku jamin.
MONTSERRAT : Ayolah, Izquierdo. . .Perwira yang kesembilan adalah aku.
IZQUIERDO : Ya.
MONTSERRAT : Apa tuan juga bersedia untuk menjamin kesetiaanku ?
IZQUIERDO : Tidak.
P. CORONIL : Apa ? Izquierdo, tuan . . . ?
IZQUIERDO : Tunggu dulu Padre. Dengarkan baik-baik. Kemarin malam didepan kawan-kawan semua
perwira, telah kujelaskan kepada Jenderal laporan yang kuterima dari
mata-mataku yang telah berhasil menemukan tempat persembunyian Bolivar yang
sedan sakit keras. Dan aku sudah memaparkan rencana penangkapan yang kulakukan
pagi tadi. Dua jam kemudian, seorang perwira sudah meminta kuda buat suatu soal
yang penting. Waktu itu penjaga kandang berkata . . . . . .
MONTSERRAT : “Hari
gelap sekali, tuan. Lebih baik tunggu bulan terbit . . . . .”
IZQUIERDO :
Sungguhpun hari gelap ia berhasil juga sampai ketempat Bolivar yang lagi
mengigau karena demam panas. Orang berhasil menaikkan sisakit itu keatas pelana
kuda hitam . . .
MONTSERRAT : Tapi ia tidak kuat duduk di atas pelana, karena panas dan terlalu lemah.
IZQUIERDO : Waktu serdadu-serdadu kita datang, semua pelosok mereka geledah dengan sia-sia
. . . . . . .
MONTSERRAT : Karena dongkol dan marah mereka bunuh semua penduduk, dan seorang gadis sudah memotong lehernya sendiri dengan pecahan kaca, supaya tidak dapat diperkosa oleh serdadu
serdadu itu.
IZQUIERDO : Tapi kami sudah berhasil, kami menangkap eorang Negro yang sudah mengangkat Bolivar dengan tangannya sendiri ke atas kuda hitam itu. Sebelum ia kami
gantung, ia kami tanyai. Dan ia menceritakan bagaimana mulianya wajah dan gagah
sikapnya sahabat Bolivar itu. (PEDRE CORONIL KELUAR PERLAHAN) Baik anda ketahui padre, bahwa tidak ada
gunanya meminta kepada yang mulya supaya ia memberikan ampun. Ada kewajiban
yang harus ditunaikan dan beliau sudah memberikan kebebasan kepadaku untuk
menunaikan kewajiban tersebut.
P. CORONIL : (DENGAN GUNDAH) Aku tidak akan pergi memohon ampun. Aku mau kegereja. Tuan boleh mencari aku disana, jika tuan
memerlukan aku untuk mendampingi orang celaka itu.
ADEGAN VI
PELAKU YANG SAMA kecuali PADRE CORONIL
IZQUIERDO :
(DENGAN CEPAT) Waktu mendesak. Bolivar
akan bersembunyi karena takut pada patroli kita, sampai malam turun. Sesudah
itu ia akan mencoba meloloskan diri. Waktu masih ada lebih sedikit tiga jam.
Sehabis satu jam kita akan berangkat menangkap dia . . . Morales.
MORALES :
Ya.
IZQUIERDO :
Bawa sepuluh orang serdadu dan pergi ke lapangan depan. Tangkap keenam orang
pertama yang kau jumpai disitu dan bawa kemari.
MORALES :
Keenam orang yang datang kesana ? Tak perduli siapa ?
IZQUIERDO :
Tentu. Lekas !
MORALES :
Dengan segera.
ADEGAN VII
MONTSERRAT, IZQUIERDO, ANTONANZAS, ZUAZOLA.
Kedua perwira terakhir berdiri dibelakang Montserrat siap untuk menangkapnya
MONTSERRAT, IZQUIERDO, ANTONANZAS, ZUAZOLA.
Kedua perwira terakhir berdiri dibelakang Montserrat siap untuk menangkapnya
IZQUIERDO :
Aku kasihan melihat kau, Montserrat. Aku
tahu, kau adalah seorang yang tabah dan keras hati . . . . Sifat-sifat ini akan
kau perlukan sekali dalam keadaan sekarang ini.
MONTSERRAT :
Aku tidak takut menghadapi apapun.
IZQUIERDO :
Mari kita lihat. Kau bisa kusiksa, kurajam sampai mati, tapi kau pasti tidak
akan mengatakan dimana Bolivar kini berada. Dan jika kau mati, demi Tuhan,
harapanku untuk menangkap Bolivar akan
hilang. Jenderal sudah memberikan kebebasan penuh kepadaku untuk memilih cara
yang boleh kupakai untu membuat kau bicara dan mengatakan dimana kawan kau itu
bersembunyi. . .
MONTSERRAT :
Jika kau tahu, aku tih tidak akan icara, mengapa tidak kau tembak saja aku ?
IZQUIERDO :
(PERLAHAN) Kau akan bicara …. (IA
BERJALAN BOLAK BALIK. TAPI TIBA-TIBA IA BERHENTI LALU MEMANDANG NANAP MONTSERRAT)
. . . Dengarkan baik-baik. Dala kamar ini akan kukuncikan enam orang bersama
kau. Orang yang ditangkap dijalan secara kebetulan. Orang-orang yang
takbersalah, Montserrat. Laki-laki dan perempuan dari kalangan rakyat ini, yang
lebih kau cintai daripada panji-panji negerimu sendiri. Dalam jangka waktu satu
jam, jika kau belum juga mengatakan dimana tempat persembunyian Bolivar, maka
keenam orang itu akan kusuruh tembak.
MONTSERRAT :
Tidak mungkin. Izquierdo. Kejam sekali.
IZQUIERDO :
Tidak perduli. Asal ada hasilnya . . . . .
MONTSERRAT :
Aku minta menghadap jenderal . . . .
IZQUIERDO :
(KASAR) Permintaan kau ditolak . . . (DIAM) Kau punya waktu satu jam. Sehabis
satu jam, jika kau masih berkeras kepala, mereka akan kutembak dibelakang dinding
ini. Kau boleh memilih satu antara dua : membunuh Bolivar, penghianat dan
pemberontak, atau membunuh manusia yang tak berdosa.
MONTSERRAT :
Kau rendah sekali. Sebetulnya kepala kau sudah kuhancurkan di Gomara, waktu kau
mengubur tawanan hidup-hidup.
IZQUIERDO :
Diam. Hari ini soalnya tidak semudah di Gomara.
MONTSERRAT :
Bencinya aku pada kau (IA MENCOBA MELOMPAT KEARAH IZQUIERDO, TAPI DITAHAN OLEH
YANG LAIN).
IZQUIERDO :
Aku kasihan melihat kau. Aku merasa kasihandengan seluruh jiwaku, karena ujian
yang harus kau atasi berat, berat seli.
MONTSERRAT :
Aku mau bertemu dengan Jenderal. Yang Mulia akan menjatuhkan hukuman tembak
karena aku sudah berkhianat, karena aku memihak kepada rakyat yang kita tindas.
Karena aku tak setia pada raja. Aku akan ditembak atas semua perbuatanku. Tapi
buat aku tidak jadi apa. Aku bersedia mati karena telah berkhianat. Kuakui,
disini aku adalah penghianat. Dan ini kulakukan karena aku manusia. Karena aku
punya rasa kemanusiaan. Karena aku bukan mensin buat membunuh, manusia yang
ganas dan tiada perasaan . . . . .
IZQUIERDO :
Cukup. Jenderal sudah memberi perintahpadaku untuk membuat kau bicara dan
mengatakan dimana Bolivar. Tak perduli caranya apa. Aku pergunakan cara ini.
(DIAM) Aku tidak perduli apa-apa,
oarang-orang yang nanti datang kemari, pro atau anti pada kita, apa mereka
benci atau sayang kepada kita. Yang
paling penting ialah mereka adalah orang-orang yang tak berdosa. Barangkali mereka
rakyat Sri Baginda yang setia. Itu lebih baik lagi. Sihingga tidak ada manusia
yang bisa mereka salahkan, kecuali kau. Kau bersalah karena kau sudah menolong
seorang pemimpin pemberontak. Kau tahu dimana dia ? katakan, katakan. Enam jiwa tak bersalah lawan nyawa seorang
penghianat, seorang bandit.
MONTSERRAT :
Tidak. Tidak, aku tidak mau.
IZQUIERDO :
Apa yang menjadi kesulitan ? Kehormatan barangkali, he ? Memang bukanla suatu kebiasaan untuk
menyerahkan kawan yang kita sudah selamatkan sendiri. Begitu kan ? Coba fikir,
Montserrat. Enam nyawa tak berdosa. Coba timbang baik-baik . Kehormatan . . . .
. .
MONTSERRAT :
Bukan disitu letak persoalannya. Bukan, bukan kehormatan.
IZQUIERDO :
Jadi apa ?
(DILUAR
KEDENGARAN SUARA RIBUT-RIBUT, BUNYI TELAPAK KUDA. SUARA: “MAJU”
. . . . . . . “AKU TIDAK BERSALAH” . . . . . .
ADEGAN VIII
PELAKU-PELAKU
SAMA,
TAMBAH PEMBUAT POCI,
TAMBAH PEMBUAT POCI,
SAUDAGAR, SERDADU-SERDADU.
IZQUIEDO :
Ini sudah datang dua orang, Montserrrat. Barangkali kau mengira aku tak akan
menjalankan apa yang kukatakan. Bahwa soalnya hanya sekedar sebuah olok-olok.
Tidak. Kau kenal aku.
MONTSERRAT :
Aku kenal kau . . . Tapi ini mustahil . . . . Ini tidak mungkin.
PEMB. POCI : Kami ditangkap .
. . .
PEMB. POCI : Kami ditangkap .
. . .
IZQUIERDO :
(DENGAN RIANG) Jadi ?
PEMB. POCI :
Kami tak bersalah apa-apa . . . aku, aku
lagi lewat
. .
. .
IZQUIERDO :
Aku tahu, aku tahu .
SAUDAGAR :
Apa kami boleh tahu, apa persoalan sebenarnya ?
. . . .
. . . .
IZQUIERDO :
Kau akan diberi tahu.
SAUDAGAR :
Karena .
. .
. .
IZQUIERDO :
Karena apa ?
SAUDAGAR :
Aku lagi ditunggu.
IZQUIERDO :
(MEMANDANG NGI SAUDAGARSEOLAH MAU MENELANNYA)
Ditunggu siapa ?
SAUDAGAR :
Ditunggu isteriku . . . . di rumah.
IZQUIERDO :
Oh, begitu. Jadi isteri kau lagi menunggu. Tapi kau kan tidak perlu terus
menerus berpelukan dengan isterimu. Demi Santa Yacub, kau akan dihisap sampai
habis. Istirahat sedikit. Kumpulkan kekuatan . . . . Apa sudah lama kau kawin ?
SAUDAGAR :
Hampir satu tahun.
IZQUIERDO :
Ah, Aku mengerti . . . . Siapa kau sebenarnya ?
SAUDAGAR
: Salas Ina, saudagar . . . Di
Plaza del Reii
IZQUIERDO
: Tentu, tentu. Kau berdagang kain dan wol . . . . itu kan ?
SAUDAGAR
: Ya.
IZQUIERDO :
Di Plaza del Rei . . . . Betul, betul. Saudagar kaya . . . . Dagang besar Isterinya cantik. Ini kata orang. Orang mengaguminya setiap kali ia keluar
gereja pada hari minggu. Ah, pinggangnya, bahunya, matanya. Tapi aku sendiri
belum pernah melihat isteri kau itu.
Sayang aku jarang pergi ke gereja. Perwira-perwiraku yang masih muda yang menyampaikan cerita ini
. . . Coba katakan, apa isterimu cantik sekali ?
SAUDAGAR :
(DENGAN KEPALA TERTUNDUK) Ya.
IZQUIERDO :
Dan kau cinta sekali padanya ?
SAUDAGAR :
Ya. . . . .
IZQUIERDO
: (DENGAN SENANG). Cinta sekali, sebetulnya belum lagi berarti apa-apa. Ayolah
. . . apa cinta kau padanya lebih besar dari pada cinta kau pada diri sendiri
? Jawab. Ayolah. Lebih dari nyawa kau sendiri ?
SAUDAGAR :
Ya . .
. .
. .
IZQUIERDO :
(SENANG) Bagus. Pendiriaku juga begitu
dalam soal cinta . . Satu pertanyaan lagi. Berapa kau taksir kekayaan kau
? Apa gedung Plaza del Rei itu kau punya
? Kau terkenal seorang kaya raya. Coba
ceritakan.
SAUDAGAR :
Aku punya . . . . dus rumah gedung.
IZQUIERDO :
Dua rumah gedung ? Oh , pasti bukan
gedung-gedung kecil. Gedung-gedung basar yang indah. Tapi kau tentu juga panya
ternak. Jangan coba-coba sembunyikan, nanti kau menyesal. Coba katakan . . . .
.
.
SAUDAGAR :
Aku punya 1200 ekor sapi.
IZQUIERDO :
Demi Ruh Kudus, kau lebih kaya lagi dari pada yang kusangka semula. Dan semua
kawan-kawan manis ini tentu melompat-lompat dan memamah biak di atas padang
rumput kepunyaan kau juga . . . . . Pendeknya : satu kekayaan yang lumayan.
Isteri cantik. Kau seorang yang bahagia. Coba jawab. Apa kau seorang yang
bahagia ?
SAUDAGAR :
Ya.
IZQUIERDO :
Bukan, bukan begitu caranya. Katakan : Aku seorang yang berbahagia.
SAUDAGAR
: Aku seorang yang berbahagia.
IZQUIERDO :
Bagus. Kau dengar itu, Montserrat ? Ia seorang yang berbahagia. Ia telah
mencapai semua yang ia rindukan. Cinta, kekayaan, kemudaan . Ia memetik kehidupan dari buah yang paling
baik dan bunga yang paling harum. Ia
ingin memiliki itu untuk selama-lamanya. Kau ingat itu, Montserrat ? (KEPADA
PEMBUAT POCI) Baik. Dan kau. Siapa kau ? Orang miskin. Tak punya bunga. Tak
punya buah. Itu aku bisa lihat.
PEMB. POCI :
Aku Luhan, Arnal Luhan. Pembuat poci . .
. .
IZQUIERDO :
(RIA) Pembuat Poci . . . Seorang pembuat
poci. Morales menangkap seorang pembuat poci.
ANTONANZAS :
Ya. Dialah Luhan yang termashur . . . . Aku kenal padanya.
IZQUIERDO :
(KETAWA) Apa, kau kenal blasteran ini ?
ANTONANZAS :
Dialah yang membuat poci berupa binatang yang dapat memperdengarkan suara binatang
. .
. . .
. . .
IZQUIERDO :
(SUNGGUH) Itu menarik sekali . Coba jelaskan. Bagaimana caranya ? Aku pernah
melihat poci seperti itu. Berupa kucing. Waktu air di dalanya kutuangkan, ia
mengeong seperti kucing. Aneh sekali.
PEMB. POCI :
Aku di lahirkan di Peru. Keluargaku ada disana. Aku kemari beberapa waktu yang
lalu mengikuti sebuah kafila. Di negerikulah aku mempelajari rahasia pembuat
poci Indian jaman purba. Aku mencoba untuk menyempurnakannya.
IZQUIERDO :
(DENGAN PERHATIAN YANG SUNGGUH-SUNGGUH) Bagaimana ? Menyempurnakan bagaimana ?
PEMB. POCI :
Ya . . . aku menemui cara-cara baru untuk menyalurkan air kebagian dalam poci.
Aku ingin meniru, bukan lagi suara binatang, tapi suara manusia.
IZQUIERDO :
Suara manusia ?
PEMB. POCI :
Ya . . . Aku membuat poci berbentuk
kelapa manusia yang bisa berbicara.
IZQUIERDO :
(YANG KELIHATANNYA SEOLAH LUPA PADA YANG LAIN)
Tentu, tentu. Dan kau berhasil ?
PEMB. POCI :
(DENGAN BERSAHAJA) Secara terus terang, baru seperuh. Aku berhasil membuat sebuah
kepala manusia dari tanah yang dibakar yang dapat menangis . . . . Kalau
isinya dituangkan, maka air mata
mengalir dari sudut matanya dan pada saat itu orang akan mendengar suara
terisak-isak, semacam sedusedan.
IZQUIERDO
: (KAGUM) Luar biasa sekali.
PEMB. POCI :
Oh, orang Indian purbakala Peru sudah dari dulu tahu membuat poci yang pandai
menangis.
IZQUIERDO :
Ingin aku rasanya melihatnya.
PEMB. POCI :
Aku tinggal dekat sini.
IZQUIERDO :
Ya. Diam . . . . Tunggu sebentar . . . (IAMENDENGARKAN SUARA RIBUT-RIBUT DARI
LUAR LALU BERPALING KE PINTU).
ADEGAN IX
(PELAKU SAMA, TAMBAH :
IBU, AKTOR, ELENA, RICARDO,
MORALES, SERDADU SERDADU.)
(BERSAMBUNG KE BABAK II)
(PELAKU SAMA, TAMBAH :
IBU, AKTOR, ELENA, RICARDO,
MORALES, SERDADU SERDADU.)
IBU : (PADA IZQUIERDO) Tuan,
serdadu-serdadu ini telah menangkap kami. Mengenai yang lainnya aku tidak tahu.
Tapi aku, aku tidak ada melakukan apa-apa. Aku tidak mengerti mengapa aku
dibawa kemari.
AKTOR : Aku juga tidak.
IBU : Aku kebetulan lewat. Aku
lagi mencari roti. Kedua anakku kutinggalkan sendiri di rumah. Yang kecil
berumur 10 bulan dan sebentar lagi ia harus disusukan, yang tua berumur dua
tahun. Kini lagi tidur, Apa akan lama aku disini
IZQUIERDO : (KEPADA MONTSERRAT) Kau dengar itu,
Montserrat ? Kaulah yang mejawab . . . .
Kau tak mau berkata apa-apa ? (TAWANAN-TAWANAN
ITU MEMANDANG KEPADA MONTSERRAT, DENGAN HERAN)
AKTOR : Tuan Kolonel, kami tidak
melakukan apa-apa. Mengapa kami ditahan ? Apa soalnya sebetulnya ? Aku
kebetulan lewat dijalan. Mau pulang. Aku baru kembali menemui kawanku, Roig,
musikus. Ini bisa dibuktikan.
IZQUIERDO : (KEPADA MONTSERRAT) Kau juga dengar
? Tidak berbuat apa-apa. Mereka takada
berbuat apa-apa. Orang-orang tak
berdosa. (MORALES MENDEKAT KE IZQUIERDO, LALU MENUNJUK KEARAH AKTOR SAMBIL
BERBISIK . . . . IZQUIERDO DENGAN LANTANG)
Ah, dia. Ini lucu sekali. Ia tak kukenali samasekali. Apa betul kau Yuan
Salcedo ?
AKTOR : (PENUH PELAN) Ya, tuan Kolonel. Yuan Salcedo Alvarez.
IZQUIERDO : Kau datang ke Cadiz enam bulan yang
lalu bersama kumpulan theater kerajaan Sevilla.
AKTOR : Ya, betul tuan Kolonel.
IZQUIERDO : Aku melihat kau bermain di atas
geladak kapal “Infante Isabel” di teluk La Guyara.
AKTOR : (DENGAN PENUH HARAPAN) Betul,
tuan Kolonel, kami memainkan Ascasio, sebuah tragedi modern berbentuk prosa . .
. Sebuah drama yang kuat sekali.
IZQUIERDO : (DENGAN KERAMAHAN YANG DIBUAT-BUAT)
Ya, tapi banyak yang terlalu dilebih-lebihkan dan bicaranya terlalu panjangan .
. . . Menurut hematku babak keduanya agak membosankan. Sungguhpun begitu
keseluruhannya menyenangkan juga. Lagi pula itu malam indah, dikitari oleh
teluk yang berwarna biru. Pertunjukan berlangsung diantara barisan obor-obor.
Kau waktu itu jadi Ascasio . . . . . .
AKTOR : Ya, tuan Kolonel.
IZQUIERDO : Ya, aku ingat sekali. Aku ingat
Ascasio . . . . (IA MERENUNG) Di akhir babak ketiga ia mati dengan cara yang
agung sekali.
AKTOR : Maksud tuan dalam adegan dikaki
tiang gantungan.
IZQUIERDO : Ya itu. Dimana ia berpaling pada
algojonya dan menolak untuk merasa benci kepadanya. Dimana ia memaksa dirinya
untuk memberikan maaf dengan rasa yang tulus ikhlas . . . .
AKTOR : Supaya sukmanya tetap tinggal
murni.
IZQUIERDO : (IRONIS) Sikap yang agung . . . (IA MERENUNG DENGAN KEPALA TERTUNDUK,
MEMANDANG NANAP KEUJUNG SEPATUNYA, TANGAN DIPUNGGUNG) . . . Betul Salcedo. Lapangan pekerjaan itu indah
sekali. Setiap kau bisa jadi orang lain. Kau tetap kau, tetapi sekaligus kau
jadi orang lain. Kau sekaligun menjalankan nasib orang lain. Kau mati jika kandil
dinyalakan, dan kemudian kau bangkit dengan percinntaan, derita atau kesedihan
orang lain. Kau mati beratus kali dan kau lahir kembali beratus kali. . . . .
(DIAM) Alangkah mengasyikkannya hidup seorang aktor. Kau jadi Ascasio atau
Redrigues atau Don Juan atau Sigismond, tanpa berhenti jadi diri kau sendiri.
AKTOR : (DENGAN GERAK YANG SAMAR) Ya,
pekerjaan ini mengasyikkan sekali.
IZQUIERDO : (DENGAN SENYUM DINGIN) Mengasyikkan .
. . Aku percaya. Baiklah Juan Salcedo Alvares, hari ini kau keberi suatu peranan
besar, sesuai dengan bakatmu. Hari ini kau bukan jadi Ascasio, bukan Rodrigues,
bukan Don Juan, bukan Sigismond. Tapi hari ini kau Juan Salcedo Alvarez. Ini
adalah peranan yang bagus sekali. Peranan yang tidak akan pernah lekang dari
ingatan manusia. Diseluruh benua Amerika lama masih orang akan bicara tentang
kebesaran Juan Salcedo sebagai Juan Salcedo. Nanti orang berkata tentang kau : “Ia
pernah main sebagai Rodrigues, sebagai Don Juan, sebagai Sigismond. Tapi tak
ada permainannya yang begitu besar seperti tatkala ia bermain sebagai dirinya
sendiri.
AKTOR : Aku tidak mengerti, apa maksud
tuan ?
IZQUIERDO : Kau akan lihat. Kini sudah dapat
kukatakan, bahwa kau harus memainkan atau menghidupkan . . . kau tahu keduanya
itu sama . . . sebuah drama ciptaan sendiri. Kau ingat, kan, Sigismond dalam “kehidupan
mimpi semata”? Ia tidak lagi tahu, apa ia hidup karena ia bermimpi, atau ia
bermimpi karena ia hidup . . . . Keadaan
kau hampir sama dengan keadaannya. (IA TERTAWA)
AKTOR : (DENGAN CEMAS) Aku ingin tahu .
. . . (PERLAHAN-LAHAN
MASUK PADRE CORONIL. IA MEMANDANG KEPADA TAWANAN-TAWANAN ITU DENGAN PENUH
PERTANYAAN)
ADEGAN
X
IZQUIERDO : (PADA PADRE CORONIL) Ah, padre izinkan
aku memperkenalkan aktor besar Juan Salcedo Alvarez. Ia khusus bermain untuk
kita. Tapi malam ini ia tidak perlu berusaha untuk menghidupkan sukma orang
lain, karena ia akan bermain sebagai dirinya sendiri. Tuan tidak akan senang
pada kami, begitu kan padre ? orang
tidak boleh main dengan sukma buatan. Dan Tuhan tidak akan sayang pada orang
yang menghidupkan diatas panggung suatu sukma yang bukan ciptaannya. Begitu kan
?
P. ORONILC : (DINGIN) Ada apa ? mengapa orang-orang
ini disini ? Apa yang mereka lakukan ?
SAUDAGAR : Padre kami tidak melakukan apa-apa. Aku
kebetulan lewat di jalan. Aku ditahan lalu digiring kemari. Percayalah aku
tidak ada melakukan apa-apa.
P. CORONIL : (KEPADA IZQUIERDO) Coba jelaskan
bagiku.
IZQUIERDO : (KEPADA TAWANAN) Dengan segala senang
hati. Aku tahu kalian tidak ada melakukan apa-apa. Justeru karena itu kalian
ada disini. Kalian tidak berdosa. Satu-satunya kesalahan kalian ialah karena
kalian tidak berdosa. Sebetulnya penilaianku ini masih sangat lunak. Jika aku
boleh menafsirkan jalan fikiran asli Padre Coronil, maka aku harus menuduh
kalian telah melakukan suatu kejahatan besar. Kalian melakukan kejahatan,
karena kalian datang kebumi. Begitu, kan Padre ?
SAUDAGAR : Aku tidak mengerti.
P. CORONIL : (KEPADA IZQUIERDO) Jangan
berolok-olok.
IZQUIERDO : (KEPADA SAUDAGAR) Diamlah, kau akan
mengerti. (IA MEMANDANG KEPADA SEMUANYA DENGAN DIAM) Dengarkan baik-baik.
Perwira yang kau lihat itu adalah seorang penghianat. Ia tahu tempat persembunyian
Kolonel Bolivar. Bolivar harus ditangkap malam ini juga. Orang itu tahu dimana
ia menyembunyikan diri, tapi ia tidak mau menghianati kawannya. Kalian harus
mengusahakan supaya ia mengatakan dimana Bolivar bersembunyi. Jelas ?
IBU : Kalau tidak mau,
bagaimana ?
PEMB. POCI : Ia tidak bersedia mengatakannya pada
tuan. Bagaimana kami bisa memperoleh pengakuannya. Dan mengapa kami harus
menghiraukan dia ?
SAUDAGAR : Ya, ini bukan urusan kami.
IZQUIERDO : Disitu letak kehilafan kalian. Nasib
kalian tergantung dari segalanya ini.
PEMB. POCI : Ini tidak masuk akal. Mengapa kami
harus ikut campur tangan?
IZQUIERDO : Aku akan katakan. Sekarang kira-kira
pukul sengah empat. Kalian akan dikurung disini bersama orang itu selama satu
jam.
IBU : Satu jam ?
IZQUIERDO : Jika dalam masa satu jam ia belum juga
membukakan rahasianya . . . .
P.POCI/SAUDG. : (BERSAMA-SAMA) Baimana ?
IZQUIERDO : Kalian semua akan ditembak. (DIAM).
(SAMBIL MENUNJUK MEREKA SATU PERSATU) Kenam-enam kalian. (DIAM).
IBU : Tapi tuan……
anak-anakku bagaimana ?
IZQUIERDO : Nyawa mereka tergantung dari mulut
orang itu. . . . . (KEDA SERDADU) Kalian jaga dipintu.
MONTSERRAT : Izquierdo.
IZQUIERDO : Apa ?(IA MEMANDANG KESEMUA YANG HADIR)
Aku kembali sejam lagi. (IA KELUAR TIBA-TIBA IA BERFIKIR LALU BERHENTI) Ah, tukang poci. Ada sesuatu yang penting
yang mau kutanyakan pada kau.
PEMB. POCI : Ya, tuan.
IZQUIERDO : (MENGERUTKAN KENINGNYA) Aku ingin tahu
. . . . Untuk meniru sedusedan seorang manusia yang menangis dengan pocimu, kau
tentu punya cetakan seperti cetakan untuk kucing atau burung. Tentu kau sudah
lama memperhatikan orang menangis.
PEMB. POCI : Ya, tuan.
IZQUIERDO : Bagaimana caranya ?
PEMB. POCI : Aku dududk sepanjang hari dibawah
jendela penjara orang yang akan dihukum mati.
IZQUIERDO : Lalu ?
PEMB. POCI : Diantara mereka sering ada yang
menangis.
IZQUIERDO : (DENGAN SENYUM DINGIN) Tukang. Dari
tadi aku sudah merasa, kau lebih cinta pada poci-pocimu dari pada kepada
manusia . . . (IZQUIERDO
DAN MORALES KELUAR. YANG PALING AKHIR KELUAR IALAH PADE CORONIL)
L A Y A R T U R U N
(BERSAMBUNG KE BABAK II)
Sejarah Simon Bolivar
Simon Bolivar (1783-1830)
Simon Bolivar adalah salah satu jenderal terbesar Amerika
Selatan. kemenangan-Nya atas orang-orang Spanyol memenangkan kemerdekaan bagi
Bolivia, Panama, Kolombia, Ekuador, Peru, dan Venezuela. Ia disebut El Pembebas
(Para Pembebas) dan "George Washington dari Amerika Selatan."
Bolivar lahir di 24 Juli 1783, di Caracas, Venezuela. Orang
tuanya meninggal ketika ia masih anak-anak dan ia diwarisi keberuntungan. Sebagai
seorang pemuda, ia melakukan perjalanan di Eropa.
Ketika ia kembali ke Venezuela, Bolivar bergabung dengan
kelompok patriot yang disita Caracas tahun 1810 dan memproklamirkan kemerdekaan
dari Spanyol. Ia pergi ke Inggris untuk mencari bantuan, tetapi bisa hanya
janji netralitas Inggris. Ketika ia kembali ke Venezuela, dan mengambil komando
tentara patriot, ia merebut kembali Caracas tahun 1813 dari Spanyol.
Spanyol memaksa mundur dari Bolivar Venezuela ke New Granada
(sekarang Kolombia), juga berperang dengan Spanyol. Dia mengambil komando
pasukan Kolombia dan ditangkap Bogota pada tahun 1814. Para patriot,
bagaimanapun, tidak memiliki laki-laki dan perlengkapan, dan baru mengalahkan
dipimpin Bolivar untuk melarikan diri ke Jamaika. Di Haiti dia mengumpulkan
kekuatan yang mendarat di Venezuela tahun 1816, dan mengambil Angostra
(sekarang Ciudad Bolivar). Dia juga menjadi diktator di sana.
Bolivar berbaris ke New Granada di tahun 1819. Ia
mengalahkan orang-orang Spanyol di BOYAR tahun 1819, membebaskan wilayah
Kolombia. Dia kemudian kembali ke Angostura dan memimpin kongres yang
mengorganisir republik asli Kolombia (sekarang Ekuador, Kolombia, Panama, dan
Venezuela). Bolivar menjadi presiden pertama pada tanggal 17 Desember 1819.
Bolivar hancur tentara Spanyol di Carabobo di Venezuela pada
tanggal 24 Juni 1821. Selanjutnya, ia berjalan ke Educador dan menambahkan
bahwa untuk wilayah republik Kolombia baru. Setelah pertemuan pada 1822 dengan
yang lain pembebas besar, Bolivar menjadi diktator di Peru. Pasukannya
memenangkan kemenangan atas orang-orang Spanyol di Auacucho pada tahun 1824,
yang diperlukan kekuasaan Spanyol di Amerika Selatan. Upper Peru menjadi negara
terpisah, bernama Bolivia untuk menghormati Bolivar, dalam 1825. Konstitusi,
yang ia menarik Facebook Bolivia, adalah salah satu pernyataan paling penting
nya politik.
- Harvey L. Johnson