ADHI Teater |
(Materi aplikasi budaya Adhi)
Festival Fragmen Teaterikal antar Divisi Adhi Karya se Indonesia
di laksanakan di panggung Adhi Karya lantai III Jakarta pada tgl.
5 maret 2010.
Pemeran :
1. Pemuda (Manado)
2. Perempuan
3. Pimpinan Proyek
4. Karyawan (Karyadi)
5. Kamerawan TV
6. Reporter
7. Daeng Ngai
8. Daeng Eppe’ (P. P. Epek)
9. Pengamen
10. Salossa (Papua)
11. SATPOL P.P.
12. Supu (Tukang sapu jalanan)
LOKASI PANTAI LOSARI SEBELUM DI REVITALISASI
ADEGAN 1
SEBAHAGIAN BESAR PEMAIN DI PANGGUNG TELAH HADIR DI POSISINYA MASING-MASING, SUASANA BEKU TAK ADA YANG BERGERAK.DI KANTOR DEVISI VI MAKASSAR, KEPALA PROYEK REVITALISASI PANTAI LOSARI MENERIMA TELEPON DARI DIREKTUR UTAMA, DALAM RANGKA MEMASTIKAN PROGRAM KERJA DAN DEPLOYEMENT SEBAGAIMEKANISME VISI MISI:
DIRUT: Hallo. . . . Assalamu’ Alaikum Wr. Wb. . . . . . . .
KAPRO: Wa’alaikum Salam Wr. Wb.
DIRUT: Bagaimana kabar keluarga dan staf proyek, salam dari saya.
KAPRO : Insya Allah pak nanti saya sampaikan.
DIRUT : Eh . . . Mas, Terima kasih ya . . . . . Kontribusi Divisi Enam Makassar di tahun 2009 signifikan terhadap perusahaan Adhi Karya.
Tentunya untuk rencana tahun 2010 semoga dapat terwujud. Sama itu lho Rencana yang pantai . . .?? apa itu ?
KAPRO : Losari, pak.
DIRUT : Ya.. . .ya . . . Tolong ya ikuti peraturan dan menjaga lingkungan yang merupakan stake holher kita.
KAPRO : Baik pak Insya Allah kita akan selalu menjaga keselarasan stake holder kita pak. . . .
DIRUT : Ya . . . itu saja… selamat kekerja, terima kasih.
KAPRO : Terima kasih pak.
(LALU EKSIT DARI PANGGUNG, DISUSUL OLEH MUSIK TUNRUNG PAKANJARA’ DAN DESIR OMBAK PANTAI LOSARI DAN SAAT ITU PULA PEMAIN MULAI BERAKSI)
Adegan 2
(DI TENGAH KESEMERAUTAN, SEORANG KARYAWAN BANGUNAN MUNCUL MEMBAWA PAPAN IZIN BANGUNAN DAN PAPAN LOGO UNTUK DITANCAPKAN PADA TEMPAT YANG DIANGGAP STRATEGIS.)
SALOSSA : (MERASA TERGANGGU OLEH SUARA MARTIL LALU MENDATANGI ORANG YANG SEMENTARA MEMASANG PAPAN NAMA) Hei ! ada apa ini bapak ? Kenapa ada lagi rambu-rambu dipasang disitu ? (AKSEN PAPUA)
KARYAWAN ADHI : Silahkan bapak baca yang di sebelah sana. (MENUNJUK PAPAN IZIN BANGUNAN YANG SUDAH TERPASANG.)
SALOSSA : (MENUJU KETEMPAT YANG DIMAKSUD LALU MEMBACA TULISAN YANG TERTERA DI PAPAN) Izin bangunan . . . . . dst.
DAENG NGAI : Tunggu ! siapa bilang di tempat ini . . . . Tidak bisa. (NADA MARAH)
SALOSSA : E, kenapa seprti marah. Silahkan baca ini. (MENUNJUK PAPAN IZIN BANGUNAN)
DAENG NGAI : Pokoknya tidak bisa !
SALOSSA : Kenapa tidak bisa ?
DAENG NGAI : Saya tidak bisa membaca !
SALOSSA : O.. beta kira tidak bisa membangun.
DAENG NGAI : Membangun boleh dan itu bagus tapi jangan membunuh. (MELAMPIASKAN MARAHNYA DI MEJA GEROBAK, YANG MENYEBABKAN DAENG EPPE’ TERPERANJAT ) Maaf. . . . . .
DAENG EPPE’ : Ada apa ? Kanapaki andi’ ?
DAENG NGAI : Masa, Pantai Losari akan di bongkar. Lantas kita-kita ini mau di kemanakan ?
DAENG SUPU : Jangan salah, bukan di bongkar tapi yang saya dengar, tempat ini akan di bangunkan.
DAENG NGAI : Bhus ! disitu tidak usah bicara, bikin bingung saja. Pokoknya saya tidak mau terima kalau gara-gara pem bangunan lantas kita semua di usir. Mau di kemanakan kacang saya ? Ini kacangku. Enak kacangku.
DAENG EPPE’ : (DENGAN TENANG) Betul. Kita orang kecil yang mengais rezeki di tempat ini, jangan dibikin macam-macam. Bagaimana ? (KEPADA PENGAMEN)
PENGAMEN : Saya tidak tahu mau bilang apa. Tapi menurut pikiran saya, kita harus sabar menunggu perkembangan selanjutnya.
DAENG NGAI : Tidak bisa ! Kita orang kecil, semakin sabar semakin di injak-injak. Saudara tahu ? kecapimu ini akan di rampas lalu dihancurkan oleh petugas.
PENGAMEN : Punyaku ini bukan kecapi bu, tapi gitar.
DAENG EPPE’ : Hgr…. Gitar, Kecapi sama saja. Sama-sama bunyi dan menghaslkan uang. Kita semua akan diangkut tanpa pandang bulu terutama barang dagangan kita.
LELAKI : Tidak mungkin ibu. Masa’ pengunjung ikut diangkut ?
SALOSSA : Kita orang sama-sama pengunjung, tapi saya anggap perlu ada rasa setia kawan diantara kita?
LELAKI : Maksudmu ?
SALOSSA : E, jelas tokh ? kalau tempat ini di gusur kita orang tidak bisa lagi tarik suara, happy-happi, Epe-epe. (MEMPERAGAKAN MELALUI KEDUA TANGANNYA KEPADA WANITA)
WANITA : He, bapak jangan sembarangan ! Di negeri ini, seseorang bisa ditangkap, bisa dituntut kalau mempertontonkan porno grafhi !
SALOSSA : Tuang Alah, apa salah dan dosaku hingga aku di fitnah (MENGAMBIL ALAT PRES PISANG, DAENG EPPE’) Lihat nona, ini yang beta maksud epe-epe. Pisang di epek seperti ini, dan namanya pisang epe. Betul tidak bapak-bapak ? (KEPADA PENONTON) Beta jauh-jauh dari timur datang ke tempat ini, mau dapat pengalaman dari bapak-bapak yang sudah maju tetapi nyatanya beta di fitnah. Justru nonalah yang pantas di tuntut karena memfitnah beta.
LELAKI : Sudah-sudah. Bersatu kita bisa. Lebih cepat lebih baik ! (MENGAJAK ORANG DISEKITAR MENDEKAT UNTUK MEMBISIKKAN SESUATU YANG RAHASIA) Jadi mari kita jangan emosi, masih ada hari esok. (MEREKA MENING GALKAN TEMPAT, KECUALI SUPU, TETAP MENJALANKAN TUGASNYA SAMPAI CAHAYA MENJADI GELAP)
Adegan 3
(DAN SEBELUM LAMPU MENYALA KEMBALI, SUPU, SI TUKANG SAPU SUDAH BERAKSI MEMBERSIHKAN TROTOAR LOSARI. PIMPINAN, BERSAMA SALAH SEORANG KARYAWAN ‘ADHI’ MUNCUL MENINJAU LOKASI PROYEK. MEREKA TAMPAK SERIUS SALING MENJELASKAN SESUATU SAMBIL SESEKALI MELIHAT GAMBAR PROYEK. BERSELANNG BEBE RAPA SAAT, TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA-SUARA RIBUT DARI KEJAUHAN. RUPANYA GERAKAN DEMO SEDANG BERLAN SUNG. MEREKA KOMPAK MENYUARAKAN SUARA HATI LEWAT LAGU KHAS MAKASSAR “ MA’RENCONG- RENCONG”. DI BELAKANG MERE KA TAMPAK PULA 2 ORANG KREW TELEVISI LENGKAP DENGAN ALATNYA)
Battu ratema’ ribulang Ma’ rencong-rencong Ma’rencong-rencong Makkuta’nang ribintoeng Apa kananna Attu dendang baule
Bunting lompo jako sallang Atu dendanga da’dumba o e paramata bengko’na.
Gunruru’naji malompo Ma’rencong-rencong Marencong- rencong
Kila’na malla’bang lino Bosi sarrona Attudendang baule
Tamaliang tompo’ bangkeng Iya dendanga da’dumba o e paramata bengko’na.... ceceng cecen puss.......
SUPU : Mengapa bapa televisi diam saja ?
REPORTER : Tidak ada gunanya kalau hanya menyanyi-nyanyi bapak, ini bukan peristiwa, tidak biasa jadi berita di Televisi.
SUPU : Jadi ?
KAMERAWAN : Bapak, coba beri contoh (MEMBISIK)
SUPU : O, begitu ?
KAMERAWAN : Iya, ayo bapak.
DAENG NGAI : Dia itu, pasti punggawanya.
SUPU : Serbu !
KARYAWAN : Tenang. Sabar. Tunggu dulu, dengarkan pimpinan kami !
(PARA PENDEMO KIAN EMOSI DENGAN MELONTARKAN SUARA HATI MEREKA SECARA BERGANTIAN . .
(TIBA-TIBA DERDENGAR BUNYI SEMPRITAN DARI SATPOL PP DAN LANGSUNG MENINDAKI PARA DEMONSTRAN)
REPORTER : Saudara, yang kita saksikan ini, adalah pemandangan yang sungguh kotradiksi. Biasanya tempat ini, setiap hari ramai di kunjungi untuk menikmati keindahan alam panorama pantai Losari. Tetapi kali ini keindahan alam itu seakan sirna oleh sekelompk masyarakat yang mengadakan demo. Menurut nformasi yang kami peroleh, ini dikarenakan pedagang kaki lima bersama masyarakat lainnya, merasa hak mereka telah dirampas, dimana ketenangan dan tempat pencaharian mereka akan digusur. Pemirsa, kita tunggu perkembangan selanjutnya.
PIMPINAN : Tunggu ! Jangan main pukul pak, (KEPADA SATPOL PP) mereka jangan di apa-apakan. Barangkali mereka benar. Tapi tidak berarti bapak bersalah. Inti persoalan ini sehingga terjadi suasana seperti ini, adalah karena tidak adanya kesefahaman, akan arti suatu pembangunan. Karena itu beri kami kesempatan untuk saling kenal satu dengan yang lainnya.(TIBA-TIBA PARA DEMONSTRAN KEM BALI MENGGELIAT)
Gunruru’naji malompo Ma’rencong-rencong Marencong- rencong.
SATPOL PP : (MEMBUNYIKAN SEMPRITANNYA) Diam ! Teruskan pak. (KEPADA PIMPINAN)
PIMPINAN : Saudra saudariku yang kami cintai. Dengan tulus dan jujur kami katakan kepada saudara saudariku bahwa dengan pertemuan kita hari ini adalah merupakan berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena melalui tatap muka ini, kita bisa saling memberi dan saling menerima.
SUPU : Maksud Lu ?
Maksud saya adalah……(MEMUTAR MEMPERLIHATKAN PAPAN NAMA ‘ADHI’) Adhi.
Adhi ini, adalah nama perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi yang akan memberikan keuntungan kepada siapa saja dan bukannya merugikan. (MENJELASKAN SECARA GAMBLANG KEPADA HADIRIN)
PESERTA DEMO : Buktinya. Kami mau bukti.
PIMPINAN : Sebentar lagi saudara-saudara dan ibu-ibu akan merasakannya. Percayalah, bahwa nanti, apabila seluruh peralatan kami, datangkan ke tempat ini dengan begitu banyak material bangunan, akan menghadirkan banyak pekerja, puluhan bahkan ratusan pekerja, nantinya pasti membutuhkan bantuan dari bapak-bapak dan ibu-ibu. Karyawan-karyawan kami pasti butuh minum, artinya bapak dan ibu bisa membuka usaha. Apakah itu warung kopi, misalnya? warung nasi, atau warung apalah namanya, yang jelas disaat itulah bapak-bapak dan ibu-ibu meraup keuntungan yang tida sedikit. Yang penting saudara-saudara tidak mengganggu kelancaraa pekerjaan kami.
PESERTA DEMO : Setuju !!!
SALOSSA : Tunggu. Kita orang juga mau bicara.
PIMPINAN : Silahkan pak, katakan semua apa yang ingin bapak sampaikan.
SALOSSA : Saya punya nama, Salossa Cakalele Suasua Sukkuruyu, dari Papua. Saya datang di kota Anging Mammiri’ ini. karena semua orang bilang kalau pantai Losari adalah Pantai yang paling Indah dari Sabanag sampai Marouke. Begitu bapak.
PIMPINAN : Terus ?
SALOSSA : Terus terang kita orang sengaja datang disini untuk menyaksikan matahari teggelam ke dalam mulut laut. Lantas kalau tempat ini di bangun, otomatis itu matahari terganggu oleh segala macam peralatan. Pertanyaan saya: Dimana lagi keindahannya pantai ini bapak ?
PIMPIANAN : Pak Salossa. Ternyata bapak adalah seorang yang romantis. Bapak tidak perlu patah hati. Kehadiran Adhi Karya di tem pat ini, adalah sebagai misi. Misi untuk segenap mahluk. Bapak tahu apa artinya Misi bapak ?
SALOSSA : Utusan toh ?
PEMIMPIN : Persis. Dan karena kami adalah utusan, yang bernama Adhi, maka kami menyampaikan kabar gembira untuk bapak. Kalau matahari kecintaan bapak itu, justru mulai dari sekarang kami sudah mendandaninya. Dan nantinya apa bila pekerjaan kami sudah rampung, maka kami yakin matahari bapak akan bertambah cantik, dan membuat bapak lupa untuk pulang ke Papua (DISAMBUT DENGAN TEPUK TANGAN)
LELAKI : (MENGANGKAT TANGAN) Nama saya, Wondal Waworuntu
dari Manado, dan pacar saya bernama Marselina Songnge.
Terus terang kami berdua, setiap sore samapai larutmalam hadir ditempat ini, karena rupanya ketenangan jiwa yang kami dambakan, ternya kami dapatkan di Pantai losari ini. Saran saya tolong kalau bisa proyek bapak betul-betul selesai sesui target dan tidak merusak lingkungan. Kalau perlu suasana pantai ini melebihi dari yang sekarang. Terima kasih.
PIMPINAN : Insya Allah. Puji Tuhan, Jangan Khawatir, peralatan kami selalu menggunakan alat ramah lingkungan. Dan Percayalah, bahwa salah satu budaya Adhi Karya, adalah selalu berusaha dan bekerja secara maksimal tepat waktu, sesuai target dengan Tawakkal. Selain itu kami dari Adhi Karya, senantiasa mengutamakan dariapa yang di sebut “Safety” ? Bapak-bapak tahu apa itu Safety ?
SATPOL PP : Tahu pak ! (MENJAWAB DENGAN PENUH PERCAYA DIRI) Ke bersihan, pak !
PIMPINAN : Wadduh, bukan itu makasudnya pak. (KELOMPOK PENDEMO TERBAHAK MENYAKSIKAN SUPU, YANG SOK TAHU) Barangkali Pak Adi, bisa menjelaskannya.
KARYADI : Safety adalah kata lain dari keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan. Contohnya adalah Helem yang saya pakai ini. Andai bukan karena helem pengaman ini, pastilah kepala saya sudah bonyok oleh pukulan bapak- bapak.
PIMPINAN : Jadi apa gunanya mencari rezki tanpamemperhatikan keselamatan, termasuk jalinan pemahaman antara Adhi Karya dengan bapak-bapak dan ibu sekalian. Nah untuk sempurnanya jalian keakraban kita, perlu saya sampaikantentang kebersihan. Dan karena Kebersihan adalah bahagian dari iman, maka kepada Daeng (MENUNJUK DAENG SUPU) Kalau bisa. Kami mengajak untuk ikut menjaga kebersihan diproyek kami. (SEMUA HADIRIN TEPUK TANGAN UNTUK DAENG SUPU). Saya kira cukup ya ? selamat, jaga kesehatan dan sampai nanti. (PARA DEMO MENJADI SADAR DAN PUAS, BUBAR PENUH KEGEMBIRAAN)
REPORTER : Pemirsa. (BERBICARA DEPAN KAMERA) demo yang tadinya diperkirakan semakin beringas, tenyata berahir dengan damai. Sebagai mana kita saksikan, dibelakang saya tampak para pendemo lagi santai. Di mana satu sama lain tampak akrab, seakan tak pernah ada yang terjadi. Dan untuk mengetahui Jurus-jurus apa saja yang di gunakan dalam meredam kemarah para pendemo, kita temui salah seorang karyawan Adhi.
REPORTER : Nama Bapak ?
KARYAWAN : Karyadhi
REPORTER : Nama bapak bagus sekali. Senada tempat anda bekerja.
KARYAWAN : Kebetulan saja.
REPORTER : Begini. Kira-kira langkah-langkah apa saja yang anda ambil sekiranya satu saat kejadian seperti tadi berulang kembali ?
KARYAWAN : Saya pikir kejadian seperti tadi, tidak akan mungkin terulang lagi.
REPORTER : Anda yakin ?
KARYAWAN : Saya yakin. Apalagi Kami Sebagai Karyawan Adhi Karya punya komitmen bahwa tidak ada permasalahan yang tidak bisa di selesaikan. Oleh karena itu pimpinan kami senentiasa menganjurkan tentang perlunya keterbukaan, jujur, dan saling menghargai.
REPORTE : Sedikit saja pertanyaan Pak. (KEPADA PIMPINAN) Kira-kira kapan Proyek pantai Losari ini selesai pak ?
PIMPINAN : Yang jelas akan selesai tepat waktu sebagai mana yang telah kami rencanakan Tentunya dengan tawakal.
(MENAMBAHKAN AKAN ARTI DAN MAKNA DARI 4 AKSARA)
A. Advance -----------------------------------------
B. Determined -------------------------------------
C. Humane ------------------------------------------
D. Inspiring ------------------------------------------
REPORTER : Sungguh menakjubkan. Terima kasih pak
(CAHAYA PENTAS MEREDUP, GAMBAR PANTAI LOSARI YANG TELAH RAMPUNG, TERPANTUL DI LAYAR SEBAGAI KARYA YANG DI HASILKAN OLEH ‘ADHI’, DENGAN KEMAMPUAN YAR BIASA)NG LUA
SAMPAI NANTI
ADHI KARYA VI MAKASSAR DIVISI KONSTRUKSI Sulawesi Papua
1. Pemuda (Manado)
2. Perempuan
3. Pimpinan Proyek
4. Karyawan (Karyadi)
5. Kamerawan TV
6. Reporter
7. Daeng Ngai
8. Daeng Eppe’ (P. P. Epek)
9. Pengamen
10. Salossa (Papua)
11. SATPOL P.P.
12. Supu (Tukang sapu jalanan)
LOKASI PANTAI LOSARI SEBELUM DI REVITALISASI
ADEGAN 1
SEBAHAGIAN BESAR PEMAIN DI PANGGUNG TELAH HADIR DI POSISINYA MASING-MASING, SUASANA BEKU TAK ADA YANG BERGERAK.DI KANTOR DEVISI VI MAKASSAR, KEPALA PROYEK REVITALISASI PANTAI LOSARI MENERIMA TELEPON DARI DIREKTUR UTAMA, DALAM RANGKA MEMASTIKAN PROGRAM KERJA DAN DEPLOYEMENT SEBAGAIMEKANISME VISI MISI:
DIRUT: Hallo. . . . Assalamu’ Alaikum Wr. Wb. . . . . . . .
KAPRO: Wa’alaikum Salam Wr. Wb.
DIRUT: Bagaimana kabar keluarga dan staf proyek, salam dari saya.
KAPRO : Insya Allah pak nanti saya sampaikan.
DIRUT : Eh . . . Mas, Terima kasih ya . . . . . Kontribusi Divisi Enam Makassar di tahun 2009 signifikan terhadap perusahaan Adhi Karya.
Tentunya untuk rencana tahun 2010 semoga dapat terwujud. Sama itu lho Rencana yang pantai . . .?? apa itu ?
KAPRO : Losari, pak.
DIRUT : Ya.. . .ya . . . Tolong ya ikuti peraturan dan menjaga lingkungan yang merupakan stake holher kita.
KAPRO : Baik pak Insya Allah kita akan selalu menjaga keselarasan stake holder kita pak. . . .
DIRUT : Ya . . . itu saja… selamat kekerja, terima kasih.
KAPRO : Terima kasih pak.
(LALU EKSIT DARI PANGGUNG, DISUSUL OLEH MUSIK TUNRUNG PAKANJARA’ DAN DESIR OMBAK PANTAI LOSARI DAN SAAT ITU PULA PEMAIN MULAI BERAKSI)
Adegan 2
(DI TENGAH KESEMERAUTAN, SEORANG KARYAWAN BANGUNAN MUNCUL MEMBAWA PAPAN IZIN BANGUNAN DAN PAPAN LOGO UNTUK DITANCAPKAN PADA TEMPAT YANG DIANGGAP STRATEGIS.)
SALOSSA : (MERASA TERGANGGU OLEH SUARA MARTIL LALU MENDATANGI ORANG YANG SEMENTARA MEMASANG PAPAN NAMA) Hei ! ada apa ini bapak ? Kenapa ada lagi rambu-rambu dipasang disitu ? (AKSEN PAPUA)
KARYAWAN ADHI : Silahkan bapak baca yang di sebelah sana. (MENUNJUK PAPAN IZIN BANGUNAN YANG SUDAH TERPASANG.)
SALOSSA : (MENUJU KETEMPAT YANG DIMAKSUD LALU MEMBACA TULISAN YANG TERTERA DI PAPAN) Izin bangunan . . . . . dst.
DAENG NGAI : Tunggu ! siapa bilang di tempat ini . . . . Tidak bisa. (NADA MARAH)
SALOSSA : E, kenapa seprti marah. Silahkan baca ini. (MENUNJUK PAPAN IZIN BANGUNAN)
DAENG NGAI : Pokoknya tidak bisa !
SALOSSA : Kenapa tidak bisa ?
DAENG NGAI : Saya tidak bisa membaca !
SALOSSA : O.. beta kira tidak bisa membangun.
DAENG NGAI : Membangun boleh dan itu bagus tapi jangan membunuh. (MELAMPIASKAN MARAHNYA DI MEJA GEROBAK, YANG MENYEBABKAN DAENG EPPE’ TERPERANJAT ) Maaf. . . . . .
DAENG EPPE’ : Ada apa ? Kanapaki andi’ ?
DAENG NGAI : Masa, Pantai Losari akan di bongkar. Lantas kita-kita ini mau di kemanakan ?
DAENG SUPU : Jangan salah, bukan di bongkar tapi yang saya dengar, tempat ini akan di bangunkan.
DAENG NGAI : Bhus ! disitu tidak usah bicara, bikin bingung saja. Pokoknya saya tidak mau terima kalau gara-gara pem bangunan lantas kita semua di usir. Mau di kemanakan kacang saya ? Ini kacangku. Enak kacangku.
DAENG EPPE’ : (DENGAN TENANG) Betul. Kita orang kecil yang mengais rezeki di tempat ini, jangan dibikin macam-macam. Bagaimana ? (KEPADA PENGAMEN)
PENGAMEN : Saya tidak tahu mau bilang apa. Tapi menurut pikiran saya, kita harus sabar menunggu perkembangan selanjutnya.
DAENG NGAI : Tidak bisa ! Kita orang kecil, semakin sabar semakin di injak-injak. Saudara tahu ? kecapimu ini akan di rampas lalu dihancurkan oleh petugas.
PENGAMEN : Punyaku ini bukan kecapi bu, tapi gitar.
DAENG EPPE’ : Hgr…. Gitar, Kecapi sama saja. Sama-sama bunyi dan menghaslkan uang. Kita semua akan diangkut tanpa pandang bulu terutama barang dagangan kita.
LELAKI : Tidak mungkin ibu. Masa’ pengunjung ikut diangkut ?
SALOSSA : Kita orang sama-sama pengunjung, tapi saya anggap perlu ada rasa setia kawan diantara kita?
LELAKI : Maksudmu ?
SALOSSA : E, jelas tokh ? kalau tempat ini di gusur kita orang tidak bisa lagi tarik suara, happy-happi, Epe-epe. (MEMPERAGAKAN MELALUI KEDUA TANGANNYA KEPADA WANITA)
WANITA : He, bapak jangan sembarangan ! Di negeri ini, seseorang bisa ditangkap, bisa dituntut kalau mempertontonkan porno grafhi !
SALOSSA : Tuang Alah, apa salah dan dosaku hingga aku di fitnah (MENGAMBIL ALAT PRES PISANG, DAENG EPPE’) Lihat nona, ini yang beta maksud epe-epe. Pisang di epek seperti ini, dan namanya pisang epe. Betul tidak bapak-bapak ? (KEPADA PENONTON) Beta jauh-jauh dari timur datang ke tempat ini, mau dapat pengalaman dari bapak-bapak yang sudah maju tetapi nyatanya beta di fitnah. Justru nonalah yang pantas di tuntut karena memfitnah beta.
LELAKI : Sudah-sudah. Bersatu kita bisa. Lebih cepat lebih baik ! (MENGAJAK ORANG DISEKITAR MENDEKAT UNTUK MEMBISIKKAN SESUATU YANG RAHASIA) Jadi mari kita jangan emosi, masih ada hari esok. (MEREKA MENING GALKAN TEMPAT, KECUALI SUPU, TETAP MENJALANKAN TUGASNYA SAMPAI CAHAYA MENJADI GELAP)
Adegan 3
(DAN SEBELUM LAMPU MENYALA KEMBALI, SUPU, SI TUKANG SAPU SUDAH BERAKSI MEMBERSIHKAN TROTOAR LOSARI. PIMPINAN, BERSAMA SALAH SEORANG KARYAWAN ‘ADHI’ MUNCUL MENINJAU LOKASI PROYEK. MEREKA TAMPAK SERIUS SALING MENJELASKAN SESUATU SAMBIL SESEKALI MELIHAT GAMBAR PROYEK. BERSELANNG BEBE RAPA SAAT, TIBA-TIBA TERDENGAR SUARA-SUARA RIBUT DARI KEJAUHAN. RUPANYA GERAKAN DEMO SEDANG BERLAN SUNG. MEREKA KOMPAK MENYUARAKAN SUARA HATI LEWAT LAGU KHAS MAKASSAR “ MA’RENCONG- RENCONG”. DI BELAKANG MERE KA TAMPAK PULA 2 ORANG KREW TELEVISI LENGKAP DENGAN ALATNYA)
Battu ratema’ ribulang Ma’ rencong-rencong Ma’rencong-rencong Makkuta’nang ribintoeng Apa kananna Attu dendang baule
Bunting lompo jako sallang Atu dendanga da’dumba o e paramata bengko’na.
Gunruru’naji malompo Ma’rencong-rencong Marencong- rencong
Kila’na malla’bang lino Bosi sarrona Attudendang baule
Tamaliang tompo’ bangkeng Iya dendanga da’dumba o e paramata bengko’na.... ceceng cecen puss.......
SUPU : Mengapa bapa televisi diam saja ?
REPORTER : Tidak ada gunanya kalau hanya menyanyi-nyanyi bapak, ini bukan peristiwa, tidak biasa jadi berita di Televisi.
SUPU : Jadi ?
KAMERAWAN : Bapak, coba beri contoh (MEMBISIK)
SUPU : O, begitu ?
KAMERAWAN : Iya, ayo bapak.
DAENG NGAI : Dia itu, pasti punggawanya.
SUPU : Serbu !
KARYAWAN : Tenang. Sabar. Tunggu dulu, dengarkan pimpinan kami !
(PARA PENDEMO KIAN EMOSI DENGAN MELONTARKAN SUARA HATI MEREKA SECARA BERGANTIAN . .
(TIBA-TIBA DERDENGAR BUNYI SEMPRITAN DARI SATPOL PP DAN LANGSUNG MENINDAKI PARA DEMONSTRAN)
REPORTER : Saudara, yang kita saksikan ini, adalah pemandangan yang sungguh kotradiksi. Biasanya tempat ini, setiap hari ramai di kunjungi untuk menikmati keindahan alam panorama pantai Losari. Tetapi kali ini keindahan alam itu seakan sirna oleh sekelompk masyarakat yang mengadakan demo. Menurut nformasi yang kami peroleh, ini dikarenakan pedagang kaki lima bersama masyarakat lainnya, merasa hak mereka telah dirampas, dimana ketenangan dan tempat pencaharian mereka akan digusur. Pemirsa, kita tunggu perkembangan selanjutnya.
PIMPINAN : Tunggu ! Jangan main pukul pak, (KEPADA SATPOL PP) mereka jangan di apa-apakan. Barangkali mereka benar. Tapi tidak berarti bapak bersalah. Inti persoalan ini sehingga terjadi suasana seperti ini, adalah karena tidak adanya kesefahaman, akan arti suatu pembangunan. Karena itu beri kami kesempatan untuk saling kenal satu dengan yang lainnya.(TIBA-TIBA PARA DEMONSTRAN KEM BALI MENGGELIAT)
Gunruru’naji malompo Ma’rencong-rencong Marencong- rencong.
SATPOL PP : (MEMBUNYIKAN SEMPRITANNYA) Diam ! Teruskan pak. (KEPADA PIMPINAN)
PIMPINAN : Saudra saudariku yang kami cintai. Dengan tulus dan jujur kami katakan kepada saudara saudariku bahwa dengan pertemuan kita hari ini adalah merupakan berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena melalui tatap muka ini, kita bisa saling memberi dan saling menerima.
SUPU : Maksud Lu ?
Maksud saya adalah……(MEMUTAR MEMPERLIHATKAN PAPAN NAMA ‘ADHI’) Adhi.
Adhi ini, adalah nama perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi yang akan memberikan keuntungan kepada siapa saja dan bukannya merugikan. (MENJELASKAN SECARA GAMBLANG KEPADA HADIRIN)
PESERTA DEMO : Buktinya. Kami mau bukti.
PIMPINAN : Sebentar lagi saudara-saudara dan ibu-ibu akan merasakannya. Percayalah, bahwa nanti, apabila seluruh peralatan kami, datangkan ke tempat ini dengan begitu banyak material bangunan, akan menghadirkan banyak pekerja, puluhan bahkan ratusan pekerja, nantinya pasti membutuhkan bantuan dari bapak-bapak dan ibu-ibu. Karyawan-karyawan kami pasti butuh minum, artinya bapak dan ibu bisa membuka usaha. Apakah itu warung kopi, misalnya? warung nasi, atau warung apalah namanya, yang jelas disaat itulah bapak-bapak dan ibu-ibu meraup keuntungan yang tida sedikit. Yang penting saudara-saudara tidak mengganggu kelancaraa pekerjaan kami.
PESERTA DEMO : Setuju !!!
SALOSSA : Tunggu. Kita orang juga mau bicara.
PIMPINAN : Silahkan pak, katakan semua apa yang ingin bapak sampaikan.
SALOSSA : Saya punya nama, Salossa Cakalele Suasua Sukkuruyu, dari Papua. Saya datang di kota Anging Mammiri’ ini. karena semua orang bilang kalau pantai Losari adalah Pantai yang paling Indah dari Sabanag sampai Marouke. Begitu bapak.
PIMPINAN : Terus ?
SALOSSA : Terus terang kita orang sengaja datang disini untuk menyaksikan matahari teggelam ke dalam mulut laut. Lantas kalau tempat ini di bangun, otomatis itu matahari terganggu oleh segala macam peralatan. Pertanyaan saya: Dimana lagi keindahannya pantai ini bapak ?
PIMPIANAN : Pak Salossa. Ternyata bapak adalah seorang yang romantis. Bapak tidak perlu patah hati. Kehadiran Adhi Karya di tem pat ini, adalah sebagai misi. Misi untuk segenap mahluk. Bapak tahu apa artinya Misi bapak ?
SALOSSA : Utusan toh ?
PEMIMPIN : Persis. Dan karena kami adalah utusan, yang bernama Adhi, maka kami menyampaikan kabar gembira untuk bapak. Kalau matahari kecintaan bapak itu, justru mulai dari sekarang kami sudah mendandaninya. Dan nantinya apa bila pekerjaan kami sudah rampung, maka kami yakin matahari bapak akan bertambah cantik, dan membuat bapak lupa untuk pulang ke Papua (DISAMBUT DENGAN TEPUK TANGAN)
LELAKI : (MENGANGKAT TANGAN) Nama saya, Wondal Waworuntu
dari Manado, dan pacar saya bernama Marselina Songnge.
Terus terang kami berdua, setiap sore samapai larutmalam hadir ditempat ini, karena rupanya ketenangan jiwa yang kami dambakan, ternya kami dapatkan di Pantai losari ini. Saran saya tolong kalau bisa proyek bapak betul-betul selesai sesui target dan tidak merusak lingkungan. Kalau perlu suasana pantai ini melebihi dari yang sekarang. Terima kasih.
PIMPINAN : Insya Allah. Puji Tuhan, Jangan Khawatir, peralatan kami selalu menggunakan alat ramah lingkungan. Dan Percayalah, bahwa salah satu budaya Adhi Karya, adalah selalu berusaha dan bekerja secara maksimal tepat waktu, sesuai target dengan Tawakkal. Selain itu kami dari Adhi Karya, senantiasa mengutamakan dariapa yang di sebut “Safety” ? Bapak-bapak tahu apa itu Safety ?
SATPOL PP : Tahu pak ! (MENJAWAB DENGAN PENUH PERCAYA DIRI) Ke bersihan, pak !
PIMPINAN : Wadduh, bukan itu makasudnya pak. (KELOMPOK PENDEMO TERBAHAK MENYAKSIKAN SUPU, YANG SOK TAHU) Barangkali Pak Adi, bisa menjelaskannya.
KARYADI : Safety adalah kata lain dari keselamatan dalam melaksanakan pekerjaan. Contohnya adalah Helem yang saya pakai ini. Andai bukan karena helem pengaman ini, pastilah kepala saya sudah bonyok oleh pukulan bapak- bapak.
PIMPINAN : Jadi apa gunanya mencari rezki tanpamemperhatikan keselamatan, termasuk jalinan pemahaman antara Adhi Karya dengan bapak-bapak dan ibu sekalian. Nah untuk sempurnanya jalian keakraban kita, perlu saya sampaikantentang kebersihan. Dan karena Kebersihan adalah bahagian dari iman, maka kepada Daeng (MENUNJUK DAENG SUPU) Kalau bisa. Kami mengajak untuk ikut menjaga kebersihan diproyek kami. (SEMUA HADIRIN TEPUK TANGAN UNTUK DAENG SUPU). Saya kira cukup ya ? selamat, jaga kesehatan dan sampai nanti. (PARA DEMO MENJADI SADAR DAN PUAS, BUBAR PENUH KEGEMBIRAAN)
REPORTER : Pemirsa. (BERBICARA DEPAN KAMERA) demo yang tadinya diperkirakan semakin beringas, tenyata berahir dengan damai. Sebagai mana kita saksikan, dibelakang saya tampak para pendemo lagi santai. Di mana satu sama lain tampak akrab, seakan tak pernah ada yang terjadi. Dan untuk mengetahui Jurus-jurus apa saja yang di gunakan dalam meredam kemarah para pendemo, kita temui salah seorang karyawan Adhi.
REPORTER : Nama Bapak ?
KARYAWAN : Karyadhi
REPORTER : Nama bapak bagus sekali. Senada tempat anda bekerja.
KARYAWAN : Kebetulan saja.
REPORTER : Begini. Kira-kira langkah-langkah apa saja yang anda ambil sekiranya satu saat kejadian seperti tadi berulang kembali ?
KARYAWAN : Saya pikir kejadian seperti tadi, tidak akan mungkin terulang lagi.
REPORTER : Anda yakin ?
KARYAWAN : Saya yakin. Apalagi Kami Sebagai Karyawan Adhi Karya punya komitmen bahwa tidak ada permasalahan yang tidak bisa di selesaikan. Oleh karena itu pimpinan kami senentiasa menganjurkan tentang perlunya keterbukaan, jujur, dan saling menghargai.
REPORTE : Sedikit saja pertanyaan Pak. (KEPADA PIMPINAN) Kira-kira kapan Proyek pantai Losari ini selesai pak ?
PIMPINAN : Yang jelas akan selesai tepat waktu sebagai mana yang telah kami rencanakan Tentunya dengan tawakal.
(MENAMBAHKAN AKAN ARTI DAN MAKNA DARI 4 AKSARA)
A. Advance -----------------------------------------
B. Determined -------------------------------------
C. Humane ------------------------------------------
D. Inspiring ------------------------------------------
REPORTER : Sungguh menakjubkan. Terima kasih pak
(CAHAYA PENTAS MEREDUP, GAMBAR PANTAI LOSARI YANG TELAH RAMPUNG, TERPANTUL DI LAYAR SEBAGAI KARYA YANG DI HASILKAN OLEH ‘ADHI’, DENGAN KEMAMPUAN YAR BIASA)NG LUA
SAMPAI NANTI
ADHI KARYA VI MAKASSAR DIVISI KONSTRUKSI Sulawesi Papua
Sawe ri Gading
Jacob Marala
ADEGAN I
TENGAH MALAM TATKALA BUANA ALAM DALAM
KEADAAN HENING. TIBA TIBA TERDENGAR GEMURUH ANEH TURUN DARI LANGIT BERSAMA
GEMERINCING SUARA METERIAL BANGUNAN YANG MEMEKAKKAN TELINGA MEMBUAT PENDUDUK
JADI PANIK DALAM KEGELAPAN. SESAAT KEMUDIAN PENDUDUK TERSENTAK KERENA
MENYAKSIKAN KEAJAIBAN YANG TAMPAK DI KEJAUHAN BERUPA ISTANA KERAJAAN YANG
MENJULANG TINGGI DI TENGAH HUTAN BELUKAR.
SESEORANG 1 : (SEPERTI
TIDAK PERCAYA) Apa aku mimpi ?
SESEORANG 2 : Tidak.
Ini bukan mimpi. Tapi illusi
SESEORANG 3 : Bukan
illusi. Tapi Fatamorgana
SESEORANG 4 : Ha…Ya
mimpi, ya ilusi, ya Fatamorgana, semuanya salah.
SESEORANG 1.2.3 : Lalu
apa menurutmu ?
SESEORANG 4 : Itu
namanya, tipuan pandangan tolol.
(SESEORANG 1. 2. 3 TERSINGGUNG DAN
TERJADILAH PERGUMULAN DIANTARA MEREKA. TIBA-TIBA MEREKA TERHENTI DALAM
PERGUMULAN KARENA DILERAI OLEH SESEORANG)
SAWE RI GADING : (TERTAWA) E, tengah malam begini, orang
biasanya bergumul di atas ranjang bersama isteri. Tapi kalian justru bergumul
diatas tanah berdebu tanpa beroleh kenikmatan. (JEDA SEJENAK) Kalau boleh tahu,
untuk apa pergumulan ini ?
SESEORANG 1.2.3. : Kami tersinggung dikatai tolol, dari
seorang yang lebih tolol dari kami.
SAWE RI GADING : Apa pasal ?
SESEORANG 4 : Pasalnya dimulai dari sesuatu yang
mengherankan.
SAWE RI GADING : Apa yang mengherankan. SESEORANG
2.3. : Sesuatu yang tidak mungkin SAWE RI GADING : Maksudmu
bangunan istana itu ? (MENUNJUK KE ARAH BANGUNAN)
SESEORANG 1.4 : Betul, bagaimana mungkin sebuah Istana
yang begitu indah, begitu kokoh, begitu dahsyat, bisa berdiri dalam waktu
sekejap, dan tiba-tiba ?
SAWE RI GADING : Mengapa tidak ? Renungkan diri kalian
masing-masing. Bukankah kalian berempat tiba-tiba hadir di tempat ini, dengan
tubuh yang begitu indah, begitu energik, bergumul begitu perkasa ?
SESEORANG : Itu karena kami semua kaget dan
panik, sehingga kami berada di tempat ini.
SAWE RI GADING : Dan kalian tidak sadar kalau Itulah
yang bernama proses. Segala benda yang tampak di bawah kolong langit,
masing-masing memiliki prosesnya.
SESEORANG 4 : Termasuk Istana itu ?
SAWE RI GADING : Tanpa kecuali. (SESEORANG 1. 2. 3. 4.
SALING BERPANDANGAN PENUH KEHERANAN) Ha.. ha… ha… kalian tidak perlu heran dan
bingung.
SESEORANG 1.2.3.4 : Tolong, kami yang tidak tahu apa-apa, diberi
penjelasan yang sejelas-jelasnya.
SAWE RI GADING : (MEMULAI PENJELASANNYA TENTANG IMPLEMENTASI
PEMELIHARAAN) Dengarkanlah.
Istana yang kalian saksikan itu, adalah hasil dari sebuah kerja sama yang
berawal dari berbagai unsur menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan dan
terus terpelihara. Dengan kata lain, dengan berlandaskan niat baik yang kuat,
disusunlah rencana pelaksanaan pekerjaan bangunan istana itu. Mulai dari penentuan
spesifikasi yang diinginkan, gambar bangunan istana dari berbagai sisi
pelaksanaannya.. Selain itu ditetapkan pula rencana kebutuhan biaya yang
diperlukan, mutu yang dikehendaki dan waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian
pekerjaan.
SESEOR 1. 2. 3.4 : Kami semua bersyukur, dan berterima
kasih atas pengetahuan yang tuan berikan kepada kami. Mohon diteruskan.
SAWE RI GADING : Nah saudaraku semua, Istana yang kalian
lihat itu tampak indah bukan terjadi begitu saja.
SESEORANG 2. : Seperti yang sudah dikatakan bahwa
segala sesuatu yang hadir di bawah kolong langit semuanya melalui sebuah pro….
SESEORANG 1.3.4. : (SEREMPAK MENYAMBUNG)… Ses
SAWE RI GADING : Bagus. Dan proses itu secara garis besarnya
memiliki empat tahapan yang dilakukan secara terus menerus supaya menjamin
terpeliharanya mutu kerja dan mutu hasil kerja.. Tahapan itu adalah : PLAN..
SESEORANG 1.2.3.4. : (MENYAMBAR) Tir…
SAWE RI GADING : Jangan asal bunyi. PLAN artinya pe-ren-ca-na-an.
Sebelum memulai, pekerjaan harus disusun lebih dahulu rencana pekerjaannya,
entah itu berupa rencana harian, mingguan ataupun bulanan.. Kemudian DO
artinya rencana yang sudah ditetapkan harus diimplementasikan atau
dilaksanakan. Pada waktu tertentu pelaksanaan pekerjaan musti dievaluasi atau
dilakukan pengecekan. Evaluasi selain dilakukan oleh punggawa dalam Kerajaan
sendiri juga dilakukan oleh lembaga resmi lain di luar kerajaan… Dari evaluasi
itulah akan tampak keberhasilan atau pun kegagalan yang terjadi. Keberhasilan
harus dipelihara bahkan ditingkatkan, sedangkan kegagalan perlu dicari solusi
dan rencana tindak lanjutnya.. Inilah yang dikenal dengan proses PDCA itu..
Dilakukan terus menerus sampai selesai..
SESEORANG 3 : Siapakah tuan sebenarnya?
SAWE RI GADING : Aku adalah salah satu anggota kelompok
mahakarya yang mewujudkan istana kerajaan itu. Untuk lebih jelasnya aku berikan
kaca ajaib ini kepada kalian (TEROPONG ANTIK) Gunakanlah alat ini agar kalian
dapat mengetahui apa yang kalian belum ketahui (MELETAKKAN TEROPONG, LAU
MENINGGALKAN TEMPAT. SETELAH SAWE RI GADING MENGHILANG DARI PANDANGAN,
MEREKA PUN BERLOMBA MENDAPATKAN BENDA ASING ITU YANG DILETAKKAN DI ATAS
GUNDUKAN BATU)
SESEORANG 1 : Untuk adilnya, (KEPADA SESEORANG 4)
sesama orang-orang tolol dilarang saling mendahului.
SESEORANG 4 : Cepatlah. Jangan membuang-buang
waktu.
SESEORANG 1 : (MENEROPONG) ……………… Luar biasa.
SESEORANG 2 : Apa yang dahsyat ?
SESEORANG 1 : Tafsirkan sendiri. Bisa-bisa aku
pingsan karenanya.
SESEORANG 3 : Ah, tidak mungkin, itu hanya tipuan
pandangan.
SESEORANG 1 : Jangan mengejek. Ini nyata. Suatu
kenyataan Yang menyatakan senyata-nyatanya kenyataan yang sungguh luar biasa.
Ihg Merinding bulu romaku. (MENYERAHKAN TEROPONG KEPADA SESEORANG 2)
SESEORANG 2 : (MENEROPONG DAN LANGSUNG TERBAHAK)
Ternyata kenyataan yang kau nyatakan, jauh dari kenyataan
SESEORANG 3 : (JENGKEL) Hoe! Tidak usah ngomong
kalau kehabisan kata-kata. (MENGAMBIL TEROPONG DARI TANGAN SESEORANG 3 DAN
MENGARAHKAN INTAIANNYA MENUJU TITIK PANDANG SESEORANG 3.) Pantas. Ternyata…
SESEORANG 4 : Stop. Hentikan kata-kata: ternyata!
SESEORANG 3 : Maksudku pemilik teropong ini, ternyata
seorang Maha Raja. Lihat, sang Raja berjalan di sela-sela rakyatnya. Maha Raja,
memandangiku dan melambaikan tangannya.
SESEORANG 4 : (MENGAMBIL ALIH TEROPONG) Betul. Ia
seperti memanggil kita untuk datang ke Istananya.
SESEORANG 1 : Bukan seperti, tetapi ini adalah yang
sebetulnya. Maha Raja benar-benar memanggil kita semua.
SESEORANG 1.2.3 : (SEREMPAK BERSUARA) Tunggu, kami
datang… Ayo… (MELANGKAH)
SESEORANG 4 : Tunggu! Istana itu jauh di seberang
sana. Kalian akan ke sana?
SESEORANG 1, 2, 3 : (BERSAMAAN). Ya!
SESEORANG 4 : Pakai apa?
SESEORANG 1 : Perahu.
SESEORANG 4 : Mana perahunya?
SESEORANG 1 :Gampang. Kita bikin perahu!
SESEORANG 4 : Bikin
perahu? Bisa?
SESEORANG 1 : Gampang…
Ayo… Sama ratana hella lla…
SESEORANG 2 : Sama
ratana hella lla…
SESEORANG 3 : Sama
ratana hella lla…
SESEORANG 4 : Sama
ratana hella lla…
SESEORANG1,2,3,4 : (BERSAMAAN). Sama ratana hella lla… Sama
ratana hella lla… dst. MEREKA PUN MENYEBERANG DENGAN TEKNIK TEATER TRADISIONAL
KONDOBULENG. DUA RANG JADI PERAHU, DUA ORANG LAGI MENJADI PENDAYUNG. SEMENTARA
MENYEBERANG, PERCAKAPAN ANTARA MEREKA TERUS BERLANGSUNG. CAHAYA
MEREDUP, LOKASI BERPINDAH KE ISTANA ADEGAN II SAWE RI GADING : (DENGAN BUSANA KEBESARANNYA IA
BERJALAN MENUJU SINGGA SANA DAN SEBELUM DUDUK…) Wahai segenap
pembantu-pembantuku. Adakah kalian merasakan kegelisahan yang menimpa diriku?
PEMBANTU I
: Maha Raja separuh
Dewa, Tenangkanlah pikiran Baginda, di atas singgasana kemuliaan. (SAWE RI
GADING DUDUK SETENGAH TERKULAI DI ATAS SINGGASANANYA. DI SAAT ITU BUNYI MUSIK
MENGALUN YANG DISUSUL DENGAN MUNCULNYA SEORANG PENARI SAKRAL “ AGGIRI’ ” DARI
BALIK PINTU. BERBAGAI EKSPRESSI DI PERTUNJUKKAN, DENGAN HARAPAN AGAR RANG SANG
BAGINDA TERLEPAS DARI RASA GUNDAH).
SAWE RI GADING : Cukup. (SAWE RI GADING BERANJAK DARI
SINGGASANANYA, MENGAMBIL KERIS DARI GENGGAMAN SANG BISSU YANG LAGI DALAM POSISI
STATIS. IA MENGAMATI KERIS YANG KEHILANGAN KETAJAMANNYA BAHKAN BENGKOK LANTARAN
TIDAK MAMPU MENEMBUS KULIT SANG PENARI). Wahai segenap pembantu-pembantuku,
bukan begini yang saya inginkan. (KEPADA PEMBANTU I) Ambil. Perlihatkan dan
katakan kepada semua pembantu-pembantuku yang lain, agar mereka terhindar dari
kelemahan.
PEMBANTU 1 : (MENERIMA KERIS DARI TANGAN SAWE RI
GADING LALU BERSERU) Wahai segenap pembantu istana, lihat dan camkan, kita
semua jangan sekali-kali kehilangan pamor. Sabda Maha Raja Sawe Ri Gading,
adalah ucapannya, satu dalam tindakan yang mewujud pada diri pembantu, seisi
Istana. (MENDENGAR SERUAN, PARA PEMBANTU BERLARIAN DATANG MEMASUKI RUANG
SINGGASANA)
SAWE RI GADING : Kalian tahu apa arti kehadiran kalian di
ruangan ini ?
SEGENAP PEMB. : Jasmani dan rohani bersedia tunduk di
bawah sabda Maha Raja.
SAWE RI GADING : Luruskan apa yang tidak lurus. (PEMBANTU 1
TAMPIL MEMBAWA KERIS BENGKOK DI DEPAN RAJA, DISUSUL PEMBANTU LAINNYA,
RAMAI-RAMAI MELURUSKAN KERIS TERSEBUT). Cepat !
SEGENAP PEMB : Selesai Yang Mulya. (KEMBALI KETEMPAT
MASING-MASING)
SAWE RI GADING : Begitulah seharusnya. Waktu, adalah paling
berharga bagi siapa saja. Waktu telah mengingatkanku bahwa istanaku ini beserta
isinya, masih di- butuhkan adanya suatu peningkatan di segala aspek. Contoh
paling gampang adalah kerismu. (KEPADA PENARI, TARI AGGIRI) Karena itu mulai
saat ini aku ingin agar kau meningkatkan mutu dan nilai logam yang ada pada
kerismu. Sebab, sebagus apapun pamor yang dimiliki oleh keris itu, tapi tidak
memiliki kekuatan, adalah sia-sia.
SANG BISSU : Apa baginda menginginkan hamba
mati tertikam oleh badik ini ? Sungguh tidak lucu, kalau ada senjata makan
tuan, Baginda.
SAWE RI GADING : Eh, dasar. Kau pasti mati, kalau kau sendiri
tidak berusaha meningkatkan kesak tianmu.
SANG BISSU : (SADAR DAN TERTAWA) Sorry, Yang
Mulya. Hamba kini sadar, Yang Mulya. Dan hamba berjanji akan meningkatakan
kualitas badik bikinan hamba, sekaligus meningkatkan kesaktian hamba.
PERMAISURI : Kanda, dinda merasa khawatir
kalau suatu ketika diri ini tiba-tiba menjadi permaisuri yang kurang
berkualitas ?
SAWE RI GAING : Tafsirkan sendiri sayang.
PERMAISURI : (KEPADA INANG) …. Inang, Betapa
malang bagiku. INANG :
Permaisuri sayang, jangan risau. Semua persoalan punya jalan keluar.
PERMAISURI : Jalan keluar bagaimana inang ?
INANG : Gunakan jamu Sari Ayu,
sayang. Biar kecantikanmu makin mempesona Baginda Raja.
SAWE RI GADING : Yang aku butuhkan aplikasinya, bukan
penampilan.
SANG BISSU : Maaf Baginda, saya pikir
Aplikasi dan penampilan sebaiknya seiring dan seirama Yang Mulya.
SAWE RI GADING : Boleh, boleh. Aku suka.
SANG BISSU : Kalau bigitu (KEPADA PERMAISURI)
minum saja Sari Rapat . Iya tokh Baginda ?
SAWE RI GADING : Kalau itu yang kau maksud peningkatan mutu,
pasti aku suka.
SANG BISSU : Saya jamin, Yang Muliya. (KEPADA
PERMAISURI) Sari Rapet.
PEMBANTU II : Ampun Yang Mulya. Hamba adalah salah
seorang yang bergerak di bidang usaha konstruksi, yang pernah ikut
menangani pembangunan istana Maha Raja, apa perusahaan hamba masih memerlukan
peningkatan, Yang Mulya?
SAWE RI GAING : O, tentu. Tentu dan itu harus.
SEGENAP PEMB. : Kami mohon Petunjuk Yang Mulya.
SAWE RI GADING : Jadilah Punggawa, macca na malempu’, warani
na magetteng (MENDENGAR UCAPAN SAWERIGADING PARA PEMBANTU KEBINGUNGAN)
SANG BISSU : Mereka bingung Yang Mulya.
SAWE RI GADING : Ya, mereka bingung dan kau sendiri mengapa
diam.
SANG BISSU : Sorry Yang Mulya. Wahai
para punggawa. Ucapan Yang Mulya adalah bahasa langit, dan untu dimengerti
izinkan saya menggunakan bahasa lantai, yang artinya : Jadilah punggawa yang
Cerdas dan jujur. Berani dan tegas. (PARA PUNGGAWA PEMBANTU TETAP BINGUNG)
SAWE RI GADING : Penasehat Kerajaan (KEPADA PENASEHAT
KERAJAAN) Jelaskan kepada mereka dan kalau perlu beri contoh.
SANG BISSU :Sekali tempo aku pernah melihat
sebuah perusahaan yang memiliki suatu kemajuan yang sungguh luar biasa dan
setelah saya amati, ternyata di dalam tubuh perusahaan Adhikarya itu terdapat :
Nilai-nilai Advance, Determined, Humane dan Inspiring. Ini adalah sebuah
rangkaian nilai yang mengembangkan keinginan maju yang kuat yang dilandasi
etika dan norma-norma kemanusiaan serta menjadikan inspirasi bagi semua.
Nilai-nilai luhur inilah rupanya yang menjadikan kekuatan, kelenturan akan
perubahan jaman dan kesejahteraan bagi semua karyawannya. Demikian Yang Mulia.
(MEMBERI HORMAT KEPADA BAGINDA)
SAWE RI GADING : Begitulah kalian semestinya. Contohlah dan
ikrarkan dengan iklahs VALUE ADHI itu. Sebab sesungguhnya Kerajaanku ini, baik
perangkat kerasnya maupun perangkat lunaknya adalah Jelmaan mutu kerja dan mutu
hasil kerja yang menjelma di kerajaanku ini.
PEMBANTU : Hidup Maha Raja Sawe Ri Gading
!
SEWE RI GADING : Nah, sekarang kembalilah ke tempat asal
masing-masing. Terapkan segenap pengalaman yang kalian peroleh dari Istanaku
ini.
PEMBANTU 1 : Ampun Yang Mulia. Ucapan Yang Mulia
menunjukkan adanya orang asing diantara kami. (CURIGA KEPADA KEEMPAT PEMBANTU)
SAWE RI GADING : Ya. Dan mereka jangan diapa-apakan. Karena
keempat orang ini, (MENUNJUK KEPADA PEMBANTU YANG MENYAMAR) sengaja aku panggil
ke istanaku ini, untuk meningkatkan pengetahuannya dan mengenal lebih dekat
jurus-jurus Value-Adhi, yang ampuh itu.
PARA MEMBANTU : (BERMAKSUD MENYERAHKAN TEROPONG) Maafkan
kami Yang Mulia…..
SAWE RI GADING : (MEMOTONG) Stop. Kalian mliki saja benda
pemberianku itu. Dan pulanglah kedaerah asal kalian. Demikian pula yang
lainnya, kecuali Bissu Dilangi’ temani aku disini. (MEREKA YANG DIMAKSUD
MENINGGALKAN BALAIRUNG. SAWE RI GADING BERDIRI MEMBELAKANG)
SANG BISSU : Gerangan apa yang tuan pikirkan
?
SAWE RI GADING : Semua orang tahu kalau dunia ini, terdiri
atas dua bagian yang besar.
SANG BISSU : Maksud Yang Mulia ?
SAWE RI GADING : Kalau ada siang, pasti ada malam. Ada kaya
pasti ada miskin. Jika ada yang bernama keberhasilan pasti ada pula yang
bernama kegagalan. Yang ingin aku ketahui: Apa tanda-tandanya kehancuran
sebuah kerajaan
SANG BISSU : (MENGAMBIL LIPATAN LONTARA DARI
SAKUNYA) Menurut Lontarak Bilang,tanda-tanda kehancuran sebuah Kerajaan :
Ada 5. Yang Mulia. Pertama: jika raja yang memerintah tak mau lagi
diingatkan. Kedua:
jika tak ada lagi orang cerdas di dalam negeri. Ketiga: jika hakim dan jaksa sudah
makan sogok. Keempat: jika
persengketaan berkecamuk di dalam negeri. Kelima:
jika raja yang memerintah tidak lagi mengasihi rakyatnya.
SAWE RI GADING : Bissu Dilangi’, Kalau kegagalan atau
kehancuran sebuah negara ada 5 tanda-tanda, bagaimana dengan Kerajaan Maha
karya, yang aku pimpin ? Apa salah satu diantara kelima tanda itu sudah ada
yang merasuki ini?
SANG BISSU : Mengapa ragu, Yang Mulia? Bukankah
2 tanda kejayaan yang dimiliki Kerajaan Maha Karya tampak jelas wujudnya ?
SAWE RI GADING : Maksudmu kedua tanda itu, yang mana?
SANG BISSU :
Pertama: jika raja yang memerintah jujur dan cerdas. Kedua: jika tak ada
persengketaan di dalam kerajaan.
SAWE RI GADING : (TAMPAK LEGA). Kalau begitu istirahatlah
wahai, Bissu Dilangi’.
SANG BISSU : Demikian pula Yang Mulia.
SAWE RI GADING : Tapi ingat, pelihara dan tingkatkan terus
kualitas kesaktianmu.
SANG BISSU : Pasti
Yang Mulia.
*** Makassar,
14 Pebruari 2011
ADHI KARYA DIVISI VI MAKASSAR,
SULAWESI SELATAN