EKSEKUSI DAN KENISCAYAAN
Jacob Marala
TOKOH:
M U S A
ICHWAN
ANDI’ JEMMA
(DATU LUWU)
TUAN GURU MUDE (PAK MAHMUD)
LAI’ RINDING
LAI’ RANTE
(MAMA MACAN)
KAPTEN BELANDA
LETNAN BELANDA
MATA-MATA
SERDADU (3)
SESEORANG
PRIBUMI (15)
EKSIKUTOR (3)
_________________________________________
ADEGAN I
PAGI HARI, DI HALAMAN MADRASAH MUHAMMADIYAH MAKALE BERLANGSUNG PENGIBARAN
BENDERA MERAH PUTIH. DENGAN TIDAK DISANGKA-SANGKA TIBA-TIBA TERJADI INSIDEN
BERDARAH YANG BERSUMBER DARI KALANGAN MASYARAKAT SETEMPAT. HAL INI ADALAH
AKIBAT POLITIK ADU DOMBA PENJAJAH BELANDA YANG TIDAK MENGINGINKAN KEMERDEKAAN
REPOBLIK INDONESIA.
ANDI JEMMA : (DATANG DARI LUWU, KETEMPAT PERISTIWA YANG
MASIH BERKOBAR. DENGAN SUARA KERAS ANDI’ JEMMA, MENGHENTIKAN PERTIKAIAN) :
Hentikan ! Pertikaian ini tidak ada
gunanya dan sungguh patut disesalkan. Pandanglah aku, siapa aku sebenarnya.
(ORANG TERHENYAK) Apa kalian masih mengenaliku ?
KEL. BERTIKAI : Maafkan kami. Andi’ Jemma Datu luwu.
ANDI’ JEMMA : Sengaja aku datang di tempat ini. Di tengah-tengah
kalian, tidak lain untuk
menjelaskan kepada sebagian masyarakat
Tanatoraya yang belum mengetahui dirinya sebagai Bangsa Indonesia yang
bermatabat. (KEPADA SESEORANG) Kamu. Namamu siapa ?
SATOE : Nama saya Satoe, Datu.
ANDI’ JEMMA : Dan kamu sendiri bangsa apa ?!
SATOE : Saya sekeluarga, Bangsa Indonesia Datu
SEMUA KELP. : (PEKIK BERSAMA) Kami semua bangsa Indonesia.
ANDI’ JEMMA : Kalau ucapan kalian itu benar, mengapa mesti
ada darah yang mengalir, ketika pengibaran bendera Merah Putih, di halaman
Madrasah ini ? Bukankan merah putih adalah bendera kebangsaan kita?
SATOE : Ada yang bilang, merah putih adalah bendera musuh,
Datu.
ANDI’ JEMMA : Kalian jangan sekali-kali termakan oleh
politik adu domba. Politik pemecah belah yang dihembuskan oleh penjajah Belanda
dan kawan-kawannya. Kita Bangsa Indonesia jangan mau terpengaruh oleh hasutan
dari manapun datangnya
SEMUA KELOP. : (MEMEKIK)
Merdeka ! Merah Putih. Merdeka Bangsaku Indonesia ! (ANDI’ JEMMA BERSAMA
MASYARAKAT MENINGGALKAN TEMPAT KECUALI KELOMPOK MADRASAH TEAP TINGGAL
MELANJUTKAN AKTIVITASNYA.
ADENGAN
II
LONCENG MADRASAH MENDENTANG TANDA
BERKUMPUL PARA SISWA DAN SEGENAP ELEMEN
MUHAMMADIYAH. TAMPAK HADIR AKTIVIS LAI’ RANTE, LAI’ RINDING (MAMA MACAN)
LAI’ RINDING :
Assalamu’ alaikum Warahmatullah. Sambil
menantikan kehadiran Tuan Guru Mude’ kami undang Mama Macam…
LAI’ RANTE :
(TAMPIL MEMBAWAKAN PUISI : Amut Machmud) (diSterilkan)
Tuhanku
Begitu jauh tapi tersa
Kutatap bayang wajahMu
Rinduku membara
Kami bersujud hari ini
Karena menyadari
Tanpa suatu landasan cinta sia-sia
Dan tiadalah Engkau berkahi hati yang ragu
Dalam pada itu
Cahaya yang telah Engkau limpahkan
Di tangan rasulMu yang penghabisan
Kumohonkan
Memberi warna pada hidup kami selalu.
(DI
TENGAH RIUH RENDAH TEPUK TANGAN HADIRIN, PAK MAHMUD PUN HADIR DI ATAS
MIMBAR……..
PAK MAHMUD : Assalamu Alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh.
HADIRIN : Waalaikummussalam Warahmatullahi Wabarakatuh.
PAK MAHMUD : Alhamdulillah. Pada hari ini kita telah
menginjakkan kaki di tahun 1946. Berarti Muhammadiyah
di Tana Toraya genap berumur 11 tahun. Ini adalah rahmat Allah Subuhana Wata’ala.
Mengapa saya berkata demikian, adalah karena
untuk hidup satu hari saja di tengah desingan peluru amatlah susahnya. Tetapi
di sinilah letak keyakinan kita, di mana Muhammadiyah harus hadir dan bangkit di
Tana Toraya, bukan kerena
menghitung-hitung untung atau rugi, hidup atau mati, tapi justru
Muhammadiyah hadir untuk satu keniscayaan, keniscayaan demi kemaslahatan bangsa
dan negara Republik Indonesia tercinta. (APLAUS HADIRIN).
Lihatlah
madrasah kita ini, madrasah yang dibangun dan berdiri di tengah amukan prahara
di tahun 1936, sepuluh tahun lalu; betapapun sederhananya, tapi ini adalah salah
satu bukti keniscayaan itu. Sebab dengan madrasah, anak-anak kita, Insya Allah, akan beroleh ilmu pengetahuan.
Dan dengan ilmu pengetahuan itu, Insya Allah, kita mampu mengejar
ketertinggalan.
Saudara-saudara
percayalah, di mana penderitaan bercokol, di situ Muhammadiyah tampil
paling depan! Muhammadiyah bukanlah organisasi politik, melainkan organisasi massa, kumpulan orang ikhlas untuk membela kebenaran, dan melawan kebathilan. (APLAUS
HADIRIN).
Wahai rakyat Toraya, bangkitlah memerangi kedzaliman
yang bernama penjajahan yang menyengsarakan rakyat negeri ini. Mereka, Belanda, harus diusir, harus dilenyapkan,
harus dibumihanguskan. Harus sirna sesirna-sirnanya. (PEKIK SORAK HADIRIN)
Allah
Subuhana Wata’ala berfirma: Innallaha la yugayyiru ma bikaumin, hatta
yugayyiru ma bianfusihim. Sesungguhnya Tuhan tak akan mengubah nasib suatu kaum,
kalau bukan kaum itu sendiri yang mengubahnya. Karena itu wahai saudara-saudara
segenap pemuda, segenap pemuda Muhammadiyah, pandu Hizbul Wathan, Nasyiatul
Aisyiyah, tidak terkecuali segenap siswa madrasah kita, kalian adalah harapan
bangsa yang tidak diragukan. Mari kita meneruskan cita-cita pendahulu kita,
cita-cita Kyai Haji Ahmad Dahlan, pendiri organisasi kita ini. Jadilah Rahmat di muka bumi Toraya. Kalian,
kita, semua, adalah pewarta gembira bagi negeri ini, bangsa ini, bangsa Indonesia,
bangsa yang niscaya akan Merdeka! Merdeka untuk selama-lamanya. (DISAMBUT DENGAN
SUARA GEMURUH). (BERSAMAAN PEKIK MERDEKA ITU, BUNYI TEMBAKAN TERDENGAR GENCAR DARI
SEGALA ARAH. PAK MAHMUD MEMERINTAHKAN KEPADA AGAR SEGERA
MENINGGALKAN LOKASI) Selamatkan diri kalian semua.
LAI’ RINDING :
Bapak sendiri bagaimana ?
PAK MAHMUD :
Saya tetap bertahan disini.
LAI’ RANTE :
Bapak tidak berhak mengorbankan nyawa bapak. Bapak harus hidup.
PAK PAHMUD :
Ayo. Cepat tinggalkan tempat ini.
LAI’ RANTE :
Tidak. Bapak harus ikut klami.
LAI’ RINDING
: Jiwa raga bapak, bukan lagi milik pak Mahmud. Tapi milik
perjuangan Bangsa Indonesia.
(DENGAN TERPAKSA PAK MAHMUD DIGIRING OLEH HADIRIN UNTUK MENINGGALAKAN TEMPAT.)
ADEGAN III
TENTARA BELANDA YANG MENYERBU,
TAK MENEMUKAN SATU ORANG PUN KECUALI SEBUAH MAP YANG BERISIKAN DOKUMEN
YANG DPUNGUT OLEH MATA-MATA BELANDA.
LET. BELANDA : Gofferdomme
zeg. Mereka seperti setan, hilang tidak punya bekas.
MATA-MATA : Meneir. Ini. (BERLARI MENYERAHKAN MAP
DOKUMEN YANG DIPUNGUT).
KAP. BELANDA : Goede viriend. (KEPADA LETNAN)
Luitenant. Prober lezen. Letnan, baca!
LET. BELANDA : Siap, Kapitein. Kawan-kawan
seperjuangan. Jangan takut kepada si penjajah Belanda. Sekarang kita sudah
menjadi lebih kuat. Beberapa pucuk senjata beserta pelurunya, telah kita rampas
dari tangan musuh. Karenanya kita harus bertemu di tempat yang sudah kita rencanakan
untuk menghancurkan si penjajah Belanda. Salam hormat kami kepada Tuan Guru. Merdeka
! (MARAH). Gofferdomme seg. Kapitein, hun
schandalige. Mereka keterlaluan.
KAP. BELANDA : Ya, Ze zijn schandalige. (KEPADA
MATA-MATA) Hei, Solaku. Koe adalah penduduk asli di sini. Selain Musa
end Ichsan yang sudah kita tangkap, kira-kira, siapa lagi orang yang berpengaruh
besar di daerah ini.
MATA-MATA : Yang saya dengar adalah seorang guru madrasah tuan, orang
itu bernama Mahmud, biasa dipanggil Tuan Guru Mude.
KAP. BELANDA : (MEMINTA MAP DARI TANGAN LETNAN, LALU MENYEBUT-KAN NAMA YANG TERTERA PADA
LEMBAR DOKUMEN LAINNYA). Selain Tuan Guru Mude (SAMBIL MELIHAT NAMA-NAMA DALAM DOKUMEN), apa orang yang bernama Yakop
Kidingallo juga berpengaruh ?
MATA-MATA : Tidak, Tuan. Kidingallo, tidak terlalu berpengaruh
tapi cukup berbahaya. orang itu selalu berpindah-pindah tempat. Sangat
susah untuk ditangkap.
KAP. BELANDA : En orang yang yang bernama Sesa Darwin? (MENCECAR): Kala Danduru, Bandera,
Zainuddin Bokko, Ujang, Anton Payung, Lawaru, dan Paibing Makkawaru, bagaimana menurutmu ?
MATA-MATA : Tuan. Paibing Makkawaru, sama sekali tidak
punya pengaruh, ia itu masih anak kecil.
KAP. BELANDA : Gofferdomme seg. Koe punya otak terlalu
picik. Orang kecil itu yang berbahaya tolol. Apa koe tidak lihat itu Musa ? Orangnya berbadan kecil tapi
nyawa bangasamu sudah banyak ia cabut.
MATA-MATA : Tapi tuan, Paibing Makkawaru betul-betul masih
ingusan tuan.
LET. BELANDA : Ghofferdori. Koe ini sungguh tidak
faham, yang mana kawan en yang mana lawan.
KAP. BELANDA : Al saai. Vervelendste. Sudah, membosankan. Membosankan. Prajurit! (MEMANGGIL
PRAJURITNYA). Tangkap penduduk di kampung ini sebanyak-banyaknya.
PARA SERDADU : Siaaap!
(3 ORANG SERDADU BERLARI MELINTAS DI ATAS PANGGUNG SECARA TERATUR SAMBIL BERSERU
: One. Twee. Drie…
KAP. BELANDA : Luitenant !
LET. BELANDA : Ya, Kapitein !
KAP. BELANDA : Tanya mereka satu-persatu, di mana Tuan Guru Mahmud bersembunyi.
LET. BELANDA : Mereka jangan diberi ampun,
Kapitein!
KAP. BELANDA : Het uitvoeren van uw taken. Laksanakan tugasmu. (EXIT BERSAMA SANG MATA-MATA).
ADEGAN IV
PENDUDUK KAMPUNG YANG TAK
BERDOSA DIGIRING MASUK
OLEH SERDADU BELANDA
LET. BELANDA : Kalian dengarkan ! Kamu semua dikumpul di sini untuk membantu pemerintah Belanda, menangkap orang yang bernama Mr.
Mahmud. Kalian faham ? (PARA TAWANAN DIAM KETAKUTAN) Tuan guru Mahmud itu
pemberontak. Ia adalah anggota Muhammadiyah sekaligus seorang guru madrasah di
Makale yang sangat berbahaya. Menurut mata-mata kami, Mr. Mahmud baru saja
membakar semangat Pemuda-Pemuda di tempat ini, untuk mengadakan perlawanan
terhadap pemerintah Hindia Belanda. Nah sekarang jawab, di mana itu Tuan Guru Mahmud
bersembunyi.
PRIBUMI I : Saya tidak tahu Tuan.
PRIBUMI II : Ya. Saya juga tidak tahu tuan.
PARA PRIBUMI : (SEREMPAK) Kami semua tidak tahu Tuan.
LET. BELANDA : Diam !
Kalian harus tahu. Jangan coba-caba bikin aku naik pitam.
PRIBUMI III : (BERBAHASA SETEMPAT) Yang kami ketahui, adalah tuan guru Mude.
LET. BELANDA : Ghofferdomme zeg. Koe bilang apa, kita orang tidak mengerti.
(KEPADA SERDADU) Dia bilang apa orang itu ?
SERDADU I : Katanya ia tadak tahu Tuan Guru Mahmud. Yang ia
tahu adalah Tuan Guru Mude.
LET. BELANDA : Hmm… Tuang guru Mude…. (TERTAWA) Dasar tolol.
Goblog. Mahmud, Mude, serupa dan senyawa bangsat ! Di mana dia sekarang ? Di mana rumahnya. Di mana ia bersembunyi. Bilang. Katakan !
PRIBUMI III : (BERBAHASA SETEMPAT) Saya tidak mau mati tuan.
LET. BELANDA : (KEPADA SERDADU I). Apa katanya ?
SERDADU I : Katanya, ia tidak mau mati tuan.
LET. BELANDA : (BERANG) Semuanya akan saya tembak sampai mati
kalau kamu orang tidak mau mengatakan di mana Tuan Guru Mahmud
bersembunyi. (MENGANCAM DENGAN PISTOL. PARA PENDUDUK KAMPUNG MEMELUK KAKI SANG
LETNAN DENGAN BERBAGAI PERMOHONAN).
PARA PRIBUMI : Jangan tembak tuan. Saya tidak bersalah tuan. Saya tidak mau mati tuan. Tolong beri kami
kesempatan.
(LETNAN BELANDA YANG TERLANJUR
MENGELUARKAN PISTOL MELEPASKAN TEMBAKAN BERKALI-KALI KE UDARA. BERSAMAAN DENGAN SITUASI
YANG MENE-GANGKAN, PARA PENDUDUK KAMPUNG BERHAMBURAN MENYELAMATKAN DIRI).
ADEGAN V
KAPTEN BELANDA MUNCUL DENGAN MATA-MATA BERSAMA 2 ORANG PENGAWAL MEMBAWA 2 TAWANAN DENGAN KEADAAN TERBELENGGU: MUSA DAN IKHWAN.
KAP.
BELANDA : Luitenant, ada pekerjaan penting hari ini.
LET, BELANDA : Ya, Kapitein.
KAP. BELANDA : Kedua pengkhianat ini, oleh pengadilan
pemerintah Belanda telah dijatuhi hukuman mati. Apa boleh buat, kita terpaksa mengeksekusi kawan kita:
Musa dan Ikhwan.
(MEMBUKA DAFTAR NAMA YANG TERSIMPAN DALAM MAP) Adapun yang lainnya
seperti : Mallabbang, Makkawaru, Pandu HW, La Wahe Tarsan
Kaluku, Pandu HW, Muhammad Kamase, pandu HW, dan Hasan Dudung, pedagang, diasingkan.
LET. BELANDA : (TERTAWA) Sangat menyenangkan, Kapitein, dan itu adalah pemandangan yang indah
bagi orang-orang yang ingin melawan pemerintah Hindi Belanda.
KAP. BELANDA : Ya, ya. Aku tahu kalau kau dan aku merasa
nikmat apabila melihat ada otak
terbongkar dari tengkorak kepala. (MEREKA TERTAWA BERSAMA).
LET. BELANDA : Bersama kentalnya darah merah yang membasahi
sekujur tubuh……
KAP. BELANDA : Musa, apa koe sudah berdoa, hm ?
MUSA : Kalian
adalah mesin-mesin pembunuh, yang tidak berperikemanusiaan. Tapi kalian tak akan
pernah mengalahkan semangat juang bangsaku.
KAP. BELANDA : Bajingan! Sudah mau mati, masih pintar
berkata-kata.
MUSA : Kata-kataku memang lebih tajam daripada peluru Belanda.
LET. BELANDA : Koe ini betul-betul pemberani. Apa kau mengerti
bahwa setelah peluru senjata itu menembus kepalamu, tidak ada lagi apa-apa yang
kau temukan dalam keheningan yang kelam?
MUSA : Aku tidak mampu melihat Tuhanku, tetapi aku
bersyukur kepada-Nya lantaran aku mampu menjalankan kehendak-Nya.
KAP. BELANDA : Kita lihat nanti. (MEMBERI ISYARAT DENGAN
MENGANGKAT TANGAN SAMBIL MENGGERAKKAN JARI TELUNJUKNYA).
LET. BELANDA : Pengawal! Tutup matanya. Sungkup kepalanya.
(MATA MUSA DITUTUP DENGAN IKATAN KAIN PUTIH, LALU DISUNGKUP DENGAN KAIN HITAM). Bawa ke tiang eksekusi ! (MUSA DIBIMBING KE
TIANG EKSEKUSI SEBELAH KIRI PANGGUNG).
KAP. BELANDA : Luitenant.
LET. BELANDA : Siap Kapitein. (MENDEKATKAN TELINGANYA KE MULUT
KAPTEN)
KAP. BELANDA : Segera laksanakan Luitenant.
LET. BELANDA : (KEPADA SESEORANG#) Umumkan kepada semua orang di
pasar kalau sekarang ini, 2 orang pemberontak akan ditembak mati karena melawan
pemerintah Hindia Belanda. Cepat, laksanakan.
SESEORANG : (BERLARI KESEGENAP
PENJURU PASAR MENGUMANDANG-KAN PENGUMUMAN DENGAN BAHASA DAERAH TANAH-TORAJA).
Perhatian-perhatian… diumumkan kepada siapa saja
yang berada di pasar, supaya datang ke lapangan untuk menyaksikan 2
orang yang akan dihukum mati, karena melawan pemerintah Hindia-Belanda.
(SEMENTARA
PENGUMUMAN BERLANGSUNG, TERHUKUM ICHWAN PUN DIPERLAKUKAN SEPERTI
MUSA…….
LET. BELANDA :
Tinggal hitungan menit, masamu akan berakhir kawan Ichwan, dan tak
adalagi orang yang berani melawan, apalagi merampas kita punya senjata.
ICHWAN : Ruang dan waktu tak akan
pernah berhenti. Dan pasti kau akan di gilasnya. (MELUDAHI TUBUH BELANDA.)
LET. BELANDA :
Tutup mulutmu bajingan ! Gofferdomme.
ICHWAN DISERET KE TEMPAT EKSEKUSI YANG
BERLAWANAN DARI PAMANNYA, MUSA. SUARA HIRUK PIKUK MULAI KEDENGARAN, KIAN LAMA KIAN RAMAI NAMUN TIDAK
SERAMAI DENGAN SUASANA GEMBIRA TAPI LAKSANA GUMAM SAKRAL MEMENUHI ALAM
RAYA).
KAP. BELANDA :
Tenang. Tenang.
(SUARA PERLAHAN MELEMAH DAN BERANGSUR JADI
HENING). Regu tembak, siaaaap. (PARA
EKSEKUTOR SEGERA MENGARAHKAN SASARAN KE TUBUH IKHWAN)………… Tembaaaak
! (PELURU PUN MENYERBU KE TUBUH KESUMA
BANGSA, “ICHWAN”).
KAP. BELANDA : (TEPUK TANGAN MENYAKSIKAN KEAHLIAN EKSEKU-TORNYA) Selanjutnya !
LET. BELANDA : Lanjutkaaan !
(PARA EKSEKUTOR DENGAN SIGAP MENGATUR POSISI KE ARAH “MUSA”) Regu tembak !
EKSIKUTOR : (BERSAMAAN) Siap !
LET. BELANDA : Tembaaak ! (PELURU LARAS PANJANG MELESAT MENEMUI SASARAN. ANEHNYA
SANG KAPTEIN MENGURUNGKAN NIATNYA BERTEPUK TANGAN LANTARAN TERNYATA “MUSA” MASIH TETAP
MENGGERAKKAN BADANNYA. MELIHAT SITUASI YANG KURANG MEMUASKAN ITU, SANG KAPTEN MENCABUT
PISTOLNYA LALU MENDEKAT KE TUBUH MUSA.
KAP. BELANDA : Luitenant, sungguh mengharukan. Di saat maut menjemputnya ia masih bercanda. (TERTAWA. ANTARA JIDAT DENGAN UJUNG
PISTOL HANYA BERJARAK LEBIH KURANG SETENGAH JENGKAL, LANGSUNG MELAHAP
MANGSANYA….. Dor Dor Dor. (MUSA PUN MENGHEMBUSKAN NAFAS TERAKHIRNYA)
PAK MAHMUD : Cukup !............. Biadab !................. Banjir darah dan
sungai derita telah kalian ciptakan di negri kami. Tapi kenapa kalian belum
juga sadar. Kalau gelombang semangat kami yang menyala-nyala, takkan bisa kalian padamkan. Tuan-tuan bisa menghancurkan tubuh kami, tapi tuan-tuan
tidak akan bisa mengalahkan kami. Hari ini 2 nyawa anak negri kalian lenyapkan,
tetapi detik ini juga 20 nyawa akan tumbuh, bahkan berjuta-juta nyawa akan
lahir di negeri ini, negeri Tana Toraya ini, akan bangkit dan niscaya melawan kezaliman kalian… Belanda-Belanda biadab…
(GEMURUH GUMAM SAKRAL MEMENUHI ANGKASA. KAUM PEJUANG TERUS MAJU MENDESAK PARA
PENINDAS HINGGA EKSIT DARI PANGGUNG.)
Makassar 1 Februari 2011
Kaptein : Dreeiter
Luitenant : Vrainkel